0.9) Markas

2K 67 0
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Derum motor terdengar di parkiran sekolah. Hampir semua anggota Grendel sudah berada di parkiran dan menaiki motornya. Mereka hanya menunggu lima seniornya yang masih belum terlihat batang hidungnya.

"Deven mana sih? Coba di telfon. Bisa jamuren nih gue kalo terus-terusan nunggu." Ucap Vito, salah satu anggota Grendel dan salah satu angkatan kelas duabelas.

"Bentar gue telfon." Ucap yang lain mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.

Ia menempelkan benda pipih itu di daun telinga. Menunggu ada nada sambung yang di terima.

|calling on Deven|

"Ven, lo dimana? Semua anak udah kepanasan nih."

"Ya udah lo ajak mereka ke markas duluan. Gue masih sibuk, ntar gue sama yang laen nyusul."

"Oke."

|calling off Deven|

Bayu segera memasukan ponselnya kembali ke dalam tas dan meresletingnya. Ia menyalakan mesin motornya sambil membenarkan posisi spion motornya.

"Deven masih sibuk, kita di suruh ke markas duluan!"Teriak Bayu agar suaranya lebih keras dari pada derum motor yang saling menyaut itu.

Bayu dan yang lain mulai melajukan motornya meninggalkan gedung sekolahnya itu. Mereka pergi menuju markas nya yang sedikit jauh dari sekolahnya.

×××

Deven masih duduk di kursi uks dengan tangan sibuk memainkan ponselnya. Ia tak menghiraukan ucapan Sora yang terus terdengar dari bel pulang sekolah.

"Ven."

"Hm." Ucapnya hanya berdehem sambil menaikan salah satu alisnya.

"Gue bosen di sini. Ke danau sih ayo." Ajak Sora mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Ga bisa, gue ada urusan di markas. Mending lo sama Ghea aja." Tolak Deven dengan halus. Ia memasukan ponselnya kedalam saku celana coklatnya.

Sora memasang muka memelas, "Ah lo jahat banget sih. Temenin aja sebentar, urusan lo belakangan aja." Sora menggoyang-nggoyangkan lengan Deven.

"Ngga bisa Sora, urusan gue itu penting. Kalo lo mau gue anter sampe danau terus gue tinggal."

"Lebih jahatttt, masa cewek cantik di tinggal sendirian di danau sih. Ntar kalo ada apa-apa gimana? Lo loh yang tanggung jawab." Ucapnya galak.

"Makanyaa mending lo sama Ghea aja ke sananya. Kan enak kalo sama cewek. Lo bisa curhat lebih dalem sama dia, lo bisa curhat tentang  perasaan lo. Lah kalo sama gue, kan cuma diem-dieman apa lagi lo ga suka bau rokok kan?" Deven berdiri ia memakai tas rangselnya di kedua bahu yang siap menopang tas itu.

"Iya sih, tapi kan gue lebih suka curhat ke cowok. Buktinya gue curhat ke lo yang belum kenal lama. Ghea tuh gatau semua masalah gue." Sora turun dari brankar uks, ia menggenggam salah satu tangan Deven.

"Temenin yaaa? Lo kan baik, alim, ganteng, peka. Masa ga mau nemein temennya sendiri sih." Ucapnya.

"Ga bisa Sora."

"Ya udah kalo ga bisa nemenin gue, gue ikut lo ke markas." Sora memakai tas merahnya yang tadi di bawakan oleh Putra. "Ayo." Ajaknya menarik pergelangan tangan Deven.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang