0.6) Danau

2.6K 94 1
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Deven melajukan motor sportnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tak menghiraukan klakson dari pengendara lain yang merasa di ganggu dengan suara knalpot milik Deven yang menghasilkan suara keras.

"Goblok telat." Gerutunya kesal melihat gerbang sudah di tutup. Ketika sedang mengacak-acak rambutnya, di sebelahnya ada seorang gadis yang juga sibuk ngomong sendiri.

Deven mendongakan kepalanya dan menatap sosok gadis di sebelahnya itu, "Sora? Lo telat juga?"

Merasa namanya di panggil, Sora menoleh dan memincingkin matanya, "Ga liat? Ya iyalah gue telat." Ia melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Gue kira lo anaknya disiplin, ternyata oh ternyata suka terlambat juga ya." Deven tertawa geli mendengar ucapannya sendiri.

"Eh, ini baru pertama ya gue telat. Biasa-biasanya ngga! Ngga kayak lo, sebulan telat bisa 20x bahkan lebih." Sora menyahuti ucapan Deven.

"Masa? Gue mah emang ahlinya telat. Siswi berprestasi, disiplin kok telat sih. Gak malu sama yang brandal?"

"Eh ngaca dong. Lo punya kaca ga sih di rumah? Kalo ngga gue beliin buat ngaca kalo mau ngomong!" Sora mulai emosi. "Udah sih gosah bikin orang emosi."

"Lah, lo nyaut dari tadi. Gue kira ngga haha." Deven tertawa lebih keras. Dengan geram, Sora mencubit pinggang Deven dengan sangat keras. "Aww, sakit bego."

"Mampusss, makanya gak usah ngerjain orang. Dasar, brandalan." Sora memutar bola matanya sambil berjalan menuju pos satpam yang berada di sebelah gerbang. "Pak bukain dong gerbangnya. Sora mau masuk nih."

"Percuma lo ngomong gitu, ga bakal di bukain. Iya di bukain tapi nanti bel pulang sekolah baru bisa di bukain." Ucap Deven menyunggingkan senyumannya ketika mendapatkan tatapan sinis dari Sora.

"Lo tuh ya, selaluuuuu aja nyampurin urusan gue. Bingung gue sama lo, cowok tapi bawel banget. Emak lo ngidam apaan sih? Ikan piranha? Sebel sendiri gue ndengerin ucapan lo yang ga ada faedahnya sama sekali." Dumel Sora di depan motor sport milik Deven.

"Lah, serah gue dong. Yang punya mulut siapa?"

"Elo."

"Yang mau ngomong siapa?"

"Elo."

"Jadi terserah siapa?"

"Elo. Ya tapi kan gue yang denger itu pusing tau gak."

"Ya udah kalo ga mau dengerin, tutup aja sih telinga lo. Gampang kan?" Deven menyalakan mesin motornya.

"Eehhh lo mau kemanaa?" Sora berlari menghalang jalan Deven.

"Main lah, daripada nunggu di sini yang ada ketauan Pak Novan kena hukum. Hii ogah gue." Deven menutup kaca helmnya. "Minggir woy, mau gue tabrak apa sih?"

"Hehe, gue ikut ya. Bosen kalo berdiri terus mana sendirian lagi. Ya ya yaaa?" Pintanya.

"Tadi ngedumel mulu giliran di tinggal minta ikut. Banyak mau lo, ya udah ayo naik." Sora tersenyum ia naik ke atas motor sport Deven dengan agak susah. "Jangan salahin gue kalo sampe tujuan suara lo abis."

Deven langsung melajukan motornya menuju tempat favoritnya ketika terlambat dan sudah enggan untuk mengikuti pelajaran. Deven memilih melewati jalur desa yang sepi, selain kecepatan motornya bisa ia tambahkan. Disana ia tidak akan bertemu dengan polisi. Karena Sora tidak memakai helm.

"Deveeeennnnn pelan-pelaannn gue takuuttt." Teriak Sora menggenggam seragam Deven dengan erat.

"Diem aja kenapa sih." Balas Deven dengan teriak. Ia menambahkan kecepatannya membuat Sora mau tidak mau memeluknya.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang