1.5) Ibu

1.5K 49 0
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Sekarang, Deven dan Sora berada di toko buah. Toko langganan Deven ketika membeli buah, bukan hanya buahnya yang segar dan masih bagus. Namun pemilik toko juga sangat ramah dan baik hati.

Deven memilih buah kesukaan sang ibu. Yap, buah ini akan ia berikan untuk ibunya. Deven mengambil buah apel, jeruk, pir, anggur, semangka, dan masih banyak lagi.

"Ini pak pesenan saya." Ucap Deven menyodorkan wadah berisi buah buahan yang ia ambil.

Pemilik toko itu menerima dan mulai menghitung jumlah keseluruhannya, ia mengambil kalkulator sebagai alat bantunya untuk menghitung.

"Totalnya 63 ribu nak." Ucap si pemilik toko memberikan kembali buah yang sudah di bungkus plastik.

"Lah, kok murah amat pak." Deven memberikan selembar uang berwarna merah muda lalu memberikannya pada pemilik toko.

Sang pemilik toko tertawa, "Halah, ndak papa. Bapak kasih bonus buat kamu, ini kembaliannya. Sering-sering beli di sini ya, itu pacarnya di ajak juga."

"Hehe, bapak bisa aja. Ya udah kalau gitu saya pamit dulu ya pak. Makasih bonusnya." Deven berjalan menuju mobilnya yang di dalamnya sudah terdapat Sora yang tengah asik memainkan ponselnya.

Deven masuk ke dalam mobil dan menaruh belanjaannya di kursi belakang. Memundurkan mobilnya lalu meninggalkan toko buah yang sering ia kunjungi.

"Ini mau beli apa lagi?" Tanya Sora mematikan ponselnya dan memasukannya pada slingbag berwarna biru langit.

"Engga, ini langsung ke rumah aja. Lagian mama ga suka kalo di bawain yang aneh-aneh." Jawab Deven.

"Ooh, emm kenapa mama kamu ga tinggal satu rumah sama kamu sih? Kan kalian keluarga." Tanya Sora yang menatap rumah rumah warga yang terjejer rapi di tepi jalan.

"Ada satu alasan, cuma aku ga bisa ngomong sekarang." Tutur Deven membelokkan mobilnya menuju jalan yang hanya pas untuk satu mobil.

"Kenapa?"

"Gapapa, tapi aku janji aku bakal ceritain semuanya ke kamu. Oke?" Deven menyodorkan jari kelingkingnya lalu di sambut sama dengan Sora yang menggabungkan jarinya dengan jari Deven.

"Okee, mana rumahnya? Ga sabar pengin ketemu."

"Ini belok terus rumah pertama itu rumahnya." Seperti yang Deven ucapkan, ia membelokkan mobilnya ke kiri lalu memasuki karangan yang tidak begitu luas dengan rumah kecil di tengahnya.

Deven mematikan mesinnya, ia mengambil plastik buah yang berada di kursi belakang lalu keluar dari mobil. Sora menggenggam erat tangan Deven ketika ia berjalan menuju rumah itu.

Rumahnya sangat sederhana, terasnya kecil, dengan pintu kayu yang sepertinya berdecit jika di buka. Besi jendela yang sudah berkarat dan juga cat tembok yang sudah memudar.

Deven mengetuk pintu itu beberapa kali, dari dalam ada sahutan suara perempuan yang sepertinya sudah tua. Beberapa detik, pintu itu terbuka dan menimbulkan decitan yang cukup nyaring di telinga.

Sora bisa melihat sendiri keadaan ibu Deven di depan mata, pakaiannya lusuh namun wajahnya masih terlihat awet muda. Tingginya sejajar dengan tinggi Sora. Ia bisa melihat, raut wajah kebahagiaan dari ibunda Deven.

"Deven? Ya Allah, mama kangen sama kamu nak. Kenapa baru sekarang kesininya?" Tanyanya langsung memeluk anak semata wayangnya dengan sangat erat. Begitu juga dengan Deven yang membalasnya dengan mata yang mengenang air.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang