1.3) Jalan-jalan

1.8K 45 0
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Deven duduk di ruang tamu dengan tangan sesekali ia gosokan ke celana jeansnya. Di depannya ada mama dan papa Sora yang sedari tadi menatapnya.

"Jadi, kamu ada acara apa mengajak anak saya?" Tanya Wijaya datar sambil menatap lekat ke arah Deven.

"Em, gini om. Saya mau ngajak jalan anak om aja, sekalian ini malem minggu gitu. Hehe." Deven menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali.

"Memangnya ada hubungan apa kamu sama Sora?" Tanya Sarah yang kini angkat bicara.

"Pacarnya tan, hehe baru jadian tadi siang. Doain ya tan, om semoga langgeng sampe pelaminan."

Wijaya tertawa, "Kamu ini lulus SMA aja belum sudah mikirin pelaminan. Pikirin aja dulu soal UN, baru boleh mikirin pelaminan."

"I-iya om. Hehe, maap. Saya emang gini orangnya, jadi mohon di maklumin."

Sarah tertawa, "Beruntung Sora punya pacar kaya kamu. Bentar ya, tante panggilin Sora dulu." Sarah berdiri dan berjalan menuju lantai dua dimana kamar Sora berada.

Deven dan Wijaya kembali melanjutkan obrolannya yang mulai mencair karena omongan Deven yang membuat Wijaya tertawa.

Sarah membuka pintu kamar Sora dan berjalan mendekati Sora yang sedang duduk di depan meja riasnya. Ia tengah menatap pantulan dirinya di cermin.

"Heeii di tungguin kok malah ngaca terus. Turun gih, kasian tuh Deven udah nunggu kamu." Ucap Sarah memegang kedua bahu Sora.

Sora memegang salah satu tangan Sarah, "Hehe, ya udah ayo ke bawah." Sora berdiri dan mengambil tas rangsel kecilnya dan memakainya di tengah langkah.

Deven yang tadinya tengah tertawa terbahak-bahak bersama Om Wijaya berhenti ketika menatap Sora yang berjalan anggun menuruni tangga.

"Maaf ya nak Deven, Soranya kelamaan ngacanya tadi." Ucap Sarah.

"Ih Ma apaan sih. Ya udah, Sora sama Deven berangkat dulu ya Ma Pa." Sora mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Kalo gitu, Deven duluan Om. Kapan-kapan Deven sempetin main lagi, Assalamu'alaikum." Deven mencium punggung tangan kedua orang tua Sora dan berjalan meninggalkan mereka.

Deven menggandeng tangan Sora menuju motor sportnya. Ia memakaikan helm berwarna merah di kepala mungil Sora.

"Cantik banget kamu." Ucap Deven membenarkan anak rambut Sora yang mengganggu penglihatannya.

"Ciee udah pake aku-kamu." Goda Sora tertawa.

"Kan kita udah pacaran, ya udah yuk jalan." Deven menaiki motornya dan memakai helm full facenya. Ketika Deven sudah siap dengan motornya, Sora baru naik dan menggengga erat hoodie abu-abunya.

×××

Deven memarkirkan motornya di salah satu gedung bertingkat empat. Kini mereka tengah berjalan-jalan di salah satu Mall terbesar di kota nya. Deven menggenggam erat tangan Sora.

"Kita mau kemana?" Tanya Sora menatap Deven yang perlu mendongakan kepalanya.

"Eemm, nonton mau ngga? Kita challange ya, nonton film horror tapi ga boleh teriak sama ga boleh tutup mata. Nanti yang menang, harus di traktirin sama yang kalah." Ucap Deven, "Gimana? Berani ga?" Tanya Deven.

"Ya udah deh di berani-beraniin."

"Kalo takut gapapa, ga usah. Kita cari film yang lain." Deven membelokkan langkahnya menuju eskalator yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang