~•~•~
[ ~ rasa sakit tak bisa dihindari tapi penderitaan adalah pilihan ~ ]
~•~•~
Mobil firsya mulai melaju keluar meninggalkan perkarangan sekolah. Dengan kecepatan yang stabil firsya memulai memutar stir mobilnya membeloki arah rumah
seketika firsya tersadar, ia baru ingat kalau tadi sudah berjanji dengan citra untuk menjenguk orangtuanya di rumah sakit. Sambil menepuk jidatnya karena lupa firsya kemudian mulai mengambil iPhone-nya dan ingin menelepon citra
"eh lo ngapain? Lagi nyetir juga" rebut fathan mengambil HPnya firsya
firsya berdecak "lo apaan sih. Santai aja kale cuman main HP doang bukan mabuk juga" gerutu firsya kemudian ia meminggirkan mobilnya untuk berhenti
"loh kok berhenti. Udah sampe?" tanya fathan melihat lihat sekitar "rumah lo yang mana?" tanyanya
firsya mengambil kembali HPnya dari tangan fathan "belum. Gue nelpon bentar" ucapnya kemudian keluar dari mobil
Jari lentiknya mulai mengetik mencari kontak citra dan mulai dipasangkan ke telinganya hingga terdengar bunyi dari via telepon
"halo ca, lo jadi kesini? "
"duh ci sorry ya hari ini gue kayaknya gak jadi deh jengukin orangtua lo. Ada tugas yang harus dikerjain soalnya"
"tugas apaan? Gue gimana sekolah tadi? "
"tenang lo aman kok. Yang penting sekarang lo fokus jagain orangtua lo aja" ucap firsya "oh ya orang tua lo gimana?"
"mama gue gpp kok ca. Cuman gitu, papa gue belum juga siuman daritadi"
"yaampun ci lo yang sabar ya. Gue jadi gak enak nih disaat lo sedih gini malah gue gak ada disamping lo"
"gpp kok ca. Lo kerjain aja tugas sekolah lo ntar lo baru deh jengukin gue. Gue ngerti kok"
"iya ci. Eh tapi kalo lo butuh apa-apa tinggal telepon gue ya. Gue siap stand bay kok"
"iya ca. Lagian disini rame juga kok. Saudara gue dari bandung pada ikut nungguin juga disini"
"yaudah bagus deh kalau gitu, lo jadi gak sendirian kan" ucap firsya
Ia kemudian mendengar bunyi ketukan dari kaca mobil. Di lihatnya fathan yang menunggunya di dalam mobil
"eh ci udah dulu ya, bay"
"iya ca, dahh"
Firsya menutup teleponnya dan masuk lagi ke mobil
"lama banget sih? Telepon pacar ya? Siapa namanya tuh" fathan mulai berpikir "oh iya aldy fajar kan? "
firsya menghela napasnya gusar "lo tuh sotoy banget sih jadi cowok. Meningan lo diam"
Fathan terdiam sampai akhirnya firsya lanjut menyetir hingga mulai masuk ke perkarangan komplek rumahnya
Komplek dengan bangunan megah dan elit di setiap sekitar masing-masing rumah dan juga banyak dengan merek mobil yang mahal berjejeran di setiap parkiran rumah. Fathan hanya terdiam, ia berpikir ternyata semewah inikah kehidupan seorang firsya valerie