~•~•~
fathan membuang pandangannya kesal. Diraihnya tangan citra "ayo pulang cit" tariknya
selepas fathan dan citra pergi, firsya langsung hendak pergi tapi fathur tetap saja menahannya
"eh eh ca tunggu"
"apa lagi sih?! Gue mau pulang"
"maksud lo tadi apa?"
"g-gue... "
"kita balikan?"
"thur maaf kalo gue bilang itu tadi bukan berarti kita balikan. Gue cuman--"
"pasti karena fathan"
firsya melepaskan napasnya "sorry kalau lo kebawa perasaan. Gue gak bermaksud kayak gitu tadi"
"emang gak bisa ya ca. Kita mengulang lagi apa yang menjadi kesalahan dahulu"
"gue gak bisa mengulang lagi apa yang memang gue tau kalau akhirnya nanti juga akan berakhir seperti apa"
"tapi gue mau berubah ca" tungkas fathur. Ia kemudian mengambil kedua tangan firsya "gue akan berubah"
"sorry fathur, i can't. I need time alone first" firsya kemudian meninggalkan fathur
sementara itu fathan dan citra masih terdiam di area parkiran. Pandangan fathan masih tertuju ke firsya dan fathur yang masih mengobrol di ujung sana
tampak raut wajah fathan yang emosi. Bahkan tangannya saja digepalkan olehnya kuat.
"lo suka sama firsya ya?" citra berusaha bertanya pelan. Ia sudah beberapa kali memergoki fathan seperti ini menyangkut soal firsya
fathan menoleh berdecih "gak lah. Gue gak suka tipe cewek yang kayak dia. Drama!" tungkas fathan menekankan ucapannya pada kata akhir
"tapi muka lo merah. Lo kayak emosi gitu sama firsya"
"gue emang emosi sama dia cit. Sama fathur juga tuh"
"yaudahlah. Biarin aja mereka ngejalanin hidup mereka. Gue liat juga mereka cocok kok" ucap citra yang membuat fathan spontan tertoleh
"memang cocok kok mereka. Sama sama tukang drama"
"lo kenapa sih? Kenapa lo ikut campur gitu sama urusan mereka. Biarin aja kali than"
ada benarnya. Kenapa juga fathan sibuk memikirkan urusan mereka. Ah entahlah. Ia suka pada firsya tapi entah kenapa fathan juga menaruh rasa benci kepadanya sekarang
gue gak kenal firsya yang sekarang.
~•~•~
"huhhhh" firsya merebahkan tubuhnya ke tempat tidurnya
gue salah ngomong. Seharusnya gue gak bilang gitu ke fathan tadi. Dia pasti benci sama gue. Pikir firsya
Ia bertukar posisi duduk "gpp deh. Seenggaknya gue gak baper kalo dia benci sama gue. Itu yang terbaik"
"baper? Baper apa firsya"
firsya menoleh ke balik pintu. "Papa!, papa ngapain ke kamar firsya. Gak ketok pintu lagi"
papa firsya tercengir melihat firsya salah tingkah "papa kesini tadi karena papa bawain ini nih buat malaikat kecil papa" ucap papa arie sembari menunjukkan sebuah kotak pizza
"pizza? Tumben banget papa beliin firsya makanan" jawab firsya sembari mengambil dan membuka pizza "wahhh. Firsya makan ya pa"
"iya. Makan yang banyak ya"