8 • Mereka?

30 9 6
                                    


~•~•~

drrr....

ada pesan lagi di hp firsya. Padahal yang tadi saja firsya tak mau membukanya tapi satu pesan ini lagi cukup membuat firsya sangat heran untuk membukanya

"kenapa sya?" tanya aldy di sela menyupirnya

"gpp kok" jawab firsya. Ia memutar kepalanya menghadap arah jendela. Melihat jakarta yang sangat ramai. Dengan posisi HPnya yang sudah firsya masukan ke tasnya, ia sangat ingin membaca pesan dari fathan tapi hatinya masih sakit saat fathan tau semua tentang masa lalunya yang telah lama firsya kubur dalam dalam

"kita mau kemana sya?" tanya aldy

"terserah"

"mau makan apa nonton aja?"

"terserah" jawab firsya lagi

"yaudah kita makan dulu ya, enaknya dimana maunya?" tanya aldy lagi

"terserah"

lagi lagi hanya itu jawaban firsya. Aldy berusaha sabar, ia tersenyum dan mengusap lembut kepala firsya

"yaudah kita makan di green cafe ya" ucap aldy

"terserah"

Aldy melajukan mobilnya menuju grenn cafe. Ia memarkirkan mobilnya hingga merekapun masuk ke cafe itu

Beruntung kali ini suasana cafe tampak nyaman karena tak banyak yang lagi makan disana. Aldy dan firsya memilih duduk di bagian cafe lantai dua dengan suasana green park

aldy melambaikan tangannya memanggil pelayan

"pesan apa?" tanya seorang pelayan sembari memberikan buku menu

"mau makan apa sya?" tanya aldy

"ter--" firsya sadar dari lamunanya "apa dy, lo ngomong apa tadi?"

"lo mau pesen apa?" ulang aldy

Firsya melihat buku menu "beef steak sama lemon tea aja" ucap firsya

"okee" ucap aldy kemudian ia mengulangi pesanan firsya dan juga apa yang ingin dia pesan hingga pelayan mencatat dan kembali ke dapur

"kenapa sih sya? Katanya sehat tapi kok daritadi suntuk gitu"

"gpp kok dy" jawab firsya

~•~•~

keesokannya....

"bi sarapan firsya!" pekik firsya sambil memakai sepatunya. Kali ini firsya sedikit telat karena ia kesiangan bangun

"nih non"

sekejap firsya langsung menyantap susu dan juga roti yang diberi bi ina

"fushya fluamit" ucap firsya pamit tak jelas karena makanan yang masih dikunyah didalam mulutnya

firsya mulai pergi dan memasuki gerbang sekolahnya. Firsya melihat sekitarnya. Sepi sunyi. Tapi bukan berarti tak ada orang, hanya saja kali ini sepertinya shipper firsya sudah paham soal kenyamanan firsya. Buktinya tak ada satupun yang ke parkiran hanya untuk membukakan pintu mobil untuk firsya seperti biasanya

"huhh tumben nurut" titah firsya saat turun dari mobilnya

baru sekejap firsya turun dari mobilnya tapi ada seseorang dari belakang yang membekap mulut firsya dan menariknya ke ujung parkiran tepatnya di balik pohon

" RASAKU INI " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang