01. Bukan Pertemuan Pertama

15.2K 911 492
                                    




Kyungsoo memang tidak menyukai hal ramai dan bising, itulah mengapa ia memilih untuk meninggalkan kabin utama menuju geladak kapal untuk menikmati saja angin malam yang berembus. Langit malam yang berkilau, lebih indah dari pada kelap-kelip kabin kapal dengan pesta yang megah di dalam sana..

Perayaan meriah yang dipersiapkan oleh sang kekasih untuk merayakan ulang tahun Kyungsoo yang ke dua puluh tujuh sudah sangat begitu kacau, bahkan beberapa hal maksiat yang dilakukan tidak indah dipandang mata.

Padahal Kyungsoo tidak mengizinkan sang kekasih menghabiskan uang berlimpah untuk menyewa kapal pesiar yang megah hanya untuk sekedar mengadakan pesta ulang tahun mewah. Akan tetapi, semuanya percuma, kekasih Kyungsoo begitu keras kepala.

Dia mengatakan jika ini adalah bentuk kasih sayangnya kepada Kyungsoo sehingga perayaan ulang tahun semacam ini bukanlah hal sulit untuknya. Dia hanya ingin Kyungsoo tak ambil pusing masalah biaya dan cukup menikmati saja perayaan ulang tahunnya yang ke dua puluh tujuh.

"Jika yang merayakan ulang tahun pergi meninggalkan pesta begitu saja, apakah yang begitu tidak masalah?"

Kyungsoo tersentak dengan suara rendah yang terdengar dari belakang punggung. Kala menoleh, lelaki itu tersenyum, puntung nikotin di tangan lantas diisap di bibirnya. Dia kemudian berjalan mendekati Kyungsoo yang bersandar pada pagar geladak kapal.

Kyungsoo tahu lelaki ini adalah sahabat dengan kekasihnya, tetapi Kyungsoo lupa namanya. Jika tak salah, dia bermarga Kim. Mereka pernah bertemu beberapa kali kala dia menemani kekasih menghadiri acara-acara dan perayaan-perayaan penting masalah pekerjaan.

"Kim Jongin." Dia memperkenalkan diri, menjulurkan tangan mengajak Kyungsoo berjabatan. "Kita pernah beberapa kali bertemu, bukan? Terakhir kalinya di pernikahan Kak Suho dan lelaki Cina itu."

Benar sekali. Kyungsoo mengingatnya, pada saat itu sang kekasih mengajak Kyungsoo ikut terbang menuju Negeri Tiongkok untuk menghadiri pesta pernikahan sahabatnya yang lain. Kyungsoo pun ingat bagaimana lelaki ini diejeki dengan sebutan jomlo seumur hidup oleh teman-temannya.

"Ah! Beruntung sekali Park Chanyeol. Selain memiliki kekasih yang begitu rupawan semacam ini, kudengar kau adalah seorang jaksa yang elit? Kau bahkan tak pernah sekali pun kalah di dalam setiap persidangan. Wah, kau begitu sempurna."

Kyungsoo tertegun sejenak. Mata bulat memandang jauh ke mata elang lelaki sahabat kekasih yang tersenyum dengan begitu sangat menawan. Selama ini bagi Kyungsoo, Park Chanyeol adalah yang paling tampan. Dia bahkan tak mengira akan menemukan lelaki tampan lain selain kekasihnya.

Sedetik kemudian Kyungsoo tersenyum, pandangan kembali beralih pada gemercik air laut yang terombang-ambing oleh mesin kapal. Dia pun menghela napas sebelum memberi respons pujian manis yang terucap dari bibir sahabat kekasihnya. "Apa benar aku sempurna? Jika iya, mana mungkin Chanyeol berkali-kali bermain di belakangku, iya kan?" Kyungsoo melirik sembari mengedik bahu.

Lelaki di sampingnya tergemap. Barangkali ia tak menyangka jika Kyungsoo akan mengetahui perselingkuhan sang kekasih. Kyungsoo bahkan yakin, jika mereka, para sahabat kekasih, pun berkali-kali berusaha mencoba menutupi kelakuan nakal sang kekasih. Namun percuma saja, Kyungsoo tahu segalanya.

"Tak usah kaku begitu, aku adalah seorang jaksa, kasus perselingkuhan adalah kasus terendah yang pernah kuhadapi. Jadi, hal semacam itu mudah sekali diketahui bukti-buktinya." Kyungsoo tersenyum, tak ingin percakapan semacam ini membuat mereka menjadi canggung.

"Wah!" Dia bertepuk tangan dengan meriah. Terbahak-bahak begitu canggung karena merasa tak nyaman sekali. "Benar-benar hebat! Kau benar-benar jaksa yang hebat!" Dia memuji berlebihan.

Kemudian semuanya menjadi hening. Kyungsoo tak menjawab lagi, pandangan mata menatap lurus pada luasnya lautan yang dilewati kapal pesiar mereka. Kim Jongin pun begitu, dia menghabiskan puntung nikotin yang diisapnya hingga tak tersisa.

"Lalu? Kenapa masih bertahan, jika sudah tahu dia pernah bermain di belakangmu?" Lelaki di samping Kyungsoo memecah keheningan.

"Komitmen." Dengan enteng, Kyungsoo menjawab. Namun, terdengar munafik sekali jika hanya karena berpegang teguh pada komitmen. Keluarga Park sudah terlalu banyak membantu keluarga Kyungsoo, sehingga kala anak lelaki dari keluarga Park menginginkannya, Kyungsoo bersuka cita menerima cintanya.

"Akan tetapi, bukankah itu hal yang wajar untuk seorang lelaki. Apalagi Chanyeol adalah pria mapan yang kaya raya. Di satu sisi, memang tidak menutup kemungkinan jika ia tertarik pada orang lain dan berniat bermain belakang?"

"Cih!" Kyungsoo mengejeki dengan nada tengil. Terdengar semacam alasan yang tak masuk akal, apalagi jika disangkutkan dengan pemikiran-pemikiran orang kaya. Bahkan jika semua orang kaya begitu, Kyungsoo tak menoleransi perselingkuhan.

Kyungsoo sebenarnya tak suka dengan hal pengkhianatan. Namun, ia benar-benar sudah terikat dengan keluarga Park. Terlebih, di samping bagaimana nakalnya kelakuan Chanyeol yang seringkali menduakan, dia tetap saja kembali ke pelukan Kyungsoo dan mematuhi semua keinginan Kyungsoo. Benar-benar tak ada alasan untuk pergi menjauh.

"Ah! Aku pun seorang lelaki. Apakah aku harus mencoba bermain belakang juga?" Kembali ia melirik Kim Jongin yang terlihat tersentak. Lelaki itu bahkan gelagapan kala Kyungsoo datang mendekati.

"K—Kyungsoo ssi." Dia terbata-bata.

"Kenapa? Bukankah kau bilang aku sempurna? Bukankah dengan begitu artinya kau menginginkanmu? Lagi pula kau sedang solo. Bukankah kau bilang lelaki wajar berselingkuh? Lalu, mengapa tidak kau jadi selingkuhanku?!" Langkah maju Kyungsoo berbalas dengan langkah mundur dari Tuan Kim Jongin.

"K—Kyungsoo ssi, tetapi ini—"

Ucapannya terputus karena Kyungsoo menarik dasinya hingga ia jatuh menunduk. Dengan cepat, Kyungsoo menghinggapi kecupan di bibirnya.

Demi Tuhan, ini nekat sekali. Kyungsoo bahkan belum pernah mencium lelaki lain selain Chanyeol, kekasihnya. Meski ada rasa takut yang membuat Kyungsoo merinding lantaran ia belum pernah melakukan perselingkuhan, tetapi kecupan bersama lelaki lain tak menjijikkan sama sekali.

"Sial!" Dia mengumpat kala Kyungsoo melepaskan kecupan.

Namun, kemudian ia membuat Kyungsoo tersentak manakala ia menarik lengan Kyungsoo ke bagian sudut geladak kapal yang lebih gelap, di mana orang tak bisa melihat dengan jelas jika hanya menggunakan mata kepala secara langsung.

Dia menghempas tubuh Kyungsoo di sudut dinding luar kabin yang begitu gelap. Tubuhnya bahkan menjepit Kyungsoo hingga ruang gerak menjadi sangat begitu sempit.

"Kau? Apa tahu seberapa lama aku menahannya?!"

Kernyitan di dahi Kyungsoo tercipta selaras dengan pertanyaan itu terlontar. Kyungsoo bahkan tak mengerti menahan apa yang sebenarnya yang ia maksudkan.

"Sejak pertama melihatmu di acara keluarga Park tiga tahun yang lalu, kau terus mengalihkan duniaku. Kekesalan bahkan membuncah kala tahu kau adalah kekasih yang sudah bertunangan dengan Park Chanyeol." Rona tampan yang tersirat kekecewaan itu tercipta di wajahnya. Dia bahkan membuat Kyungsoo tersentak lantaran menggebrak dinding kabin di samping kepala Kyungsoo.

"Namun, aku tetap menahan diri. Aku bahkan terus menghadiri semua acara yang dihadiri si Park itu agar aku bisa kembali melihatmu. Lantas malam ini—" Dia menghela napas resah. "Kau membuat keputusan berbahaya dengan kecupan bibir merahmu itu, Do Kyungsoo!" Mata yang elang menatap tajam.

Kyungsoo menelan air liur. Tatapan mata elang itu sekelebat menjadi begitu sangat kejam. Kyungsoo bahkan merasakan aura buas dengan keinginan nakal untuk melahapnya.

***

Love Affair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang