Jongin terkekeh, bahkan kala sahabat yang duduk di hadapannya memasang roman wajah yang masam. Jongin paham sekali jika ia sedang kesal. Padahal kebersamaan mereka sudah sejak berada di divisi yang sama ketika sedang melakukan wajib militer. Akan tetapi, Jongin terus merahasiakan tentang dia yang sebenarnya.
"Jangan cemberut begitu, nanti kau tidak cantik lagi."
"Dasar lelaki sialan!" Dengan cepat Jaksa Park menjawab dengan sebuah makian.
Jongin terkikik renyah. "Ayolah Jim, aku bahkan terlempar keluar dari rumah orang kaya itu. Aku tak membohongimu." Dia membela diri, berusaha menenangkan sahabat yang terlihat kecewa akan dirinya.
"Demi hidung tak bangirmu, kau pikir aku tidak tahu?! Kau bersukarela keluar dari rumah itu! Orang tuamu bahkan tidak mengabaikanmu, buktinya kau sudah lulus sekolah bisnis, Sialan!"
"Hei, Hei, apa jaksa diperbolehkan memaki begini pada seorang saksi? Benar begitu Jaksa Kim?" Jongin bertanya pada rekan kerja Jaksa Park.
"Maafkan rekan saya, Jongin ssi. Terkadang Jaksa Park memang sedikit cerewet." Rekan Jaksa Park meminta maaf yang kemudian berbalas lirikan tajam yang menyebalkan dari sahabat Jongin tersenyum.
"Bukankah kalian datang ke sini untuk bertanya tentang Kim Seonho, jadi ceritakan kronologis yang terjadi dan cepat berikan pertanyaanmu." Jongin merebahkan punggung di sandaran sofa rumahnya.
Dia bahkan tak menyangka jika hari ini akhirnya datang juga. Jongin bahkan sangat berharap ia bisa dengan cepat melengser sang kakak tiri sehingga Ayah sepenuhnya percaya terhadap ia.
"Kau yakin tidak berpihak pada kakakmu?" Jaksa Park meyakinkan.
Jongin menghela napas. "Aku bahkan menginginkan ia segera hancur. Jika ia tetap berkuasa, Ayah bahkan tak akan memberikanku sepeser pun hartanya! Dia akan terus menghasut ayahku!"
Jaksa menghela napas dan berdecak. Ia mulai bercerita. "Semua berawal dari penipuan penggajian pegawai." Ia bahkan mengesampingkan rasa kesal dan berusaha profesional terhadap pekerjaan.
Jongin tahu kasus ini, dia bahkan sudah berusaha menggulung sang kakak tiri dengan kasus yang terjadi cabang perusahaan pusat perbelanjaan milik keluarganya itu. Namun, tak ada bukti tertulis semacam kontrak pekerjaan kala perusahaan merekrut para pekerja yang sedang melakukan aksi protes ketidakadilan. Sang kakak tiri terlalu pintar karena ia bahkan merekrut pekerja yang rendah pendidikan bahkan buta huruf yang nantinya tak mampu membela diri. Itulah mengapa Jongin tak dapat menghancurkan kakaknya dengan kasus penipuan sistem penggajian tenaga kerja ini.
"Direktur utama membela diri dengan hal tidak logis dengan mengatakan tidak ada pemasukan sehingga tidak bisa membayar gaji pekerja dan solusinya mereka diberhentikan secara semena-mena." Jimin melanjutkan cerita dengan kerutan di dahi. "Bagaimana tidak ada pemasukan? Karena kenyataannya kita tahu benar bagaimana banyaknya pengunjung yang datang perhari. Ah, dia bahkan menuduh para pekerja melakukan pencurian barang-barang di pusat perbelanjaan selama masa bekerja mereka. Kakakmu sudah tidak waras!"
"Lantas?" Jongin sudah tak sabar mendengar hal selanjutnya, karena dia sudah tahu persis kasus yang satu ini.
"Kami mencari bukti lain untuk mengusut ke mana larinya penghasilan Kim Hyung Department Store yang begitu ramai tersebut. Kami menduga ini semacam korupsi orang dalam." Jaksa Kim, rekan Jimin yang melanjutkan cerita.
"Kami bertemu dengan seorang akuntan yang pernah bekerja dengan Direktur Kim. Setelah terus-terusan didesak, akhirnya ia mengakui jika selama bekerja di sana ia melakukan pemalsuan dan manipulasi pembukuan Kim Hyung Department Store. Dia bahkan hanya melaporkan satu perdelapan dari pemasukan pusat perbelanjaan Kim Hyung. Dia mengaku merancang penggelapan wajib pajak yang dilakukan oleh Direktur Kim, kakak tiri Jongin ssi." Jaksa Kim memberi jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair
Fanfic[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Ujaran Kim Jongin yang mengatakan perselingkuhan itu wajar bagi kaum lelaki, membuat Do...