12. Sakit

5.3K 670 486
                                    



Jongin menguap, merenggang sendi pundak dan sendi leher; sesekali ia memutar kepala ke kiri dan ke kanan. Dia melangkah dengan begitu lunglai keluar dari elevator bangunan rumah apartemennya.

Ini sudah tiga hari sejak Ayah menculik dirinya untuk pulang ke rumah. Ayah membuatnya begitu bekerja keras, Ayah bahkan mengajak ke pertemuan-pertemuan rahasia para pemegang saham Kim Hyung Group, pula memperkenalkan kepada orang-orang eksekutif lainnya yang berada di Kim Hyung Group.

Jika saja Jongin tidak mengirimkan cetak biru bangunan universitas milik kakak tirinya kepada Paman Yoo, sekretaris Ayah; barangkali Ayah tak bertindak secepat ini. Setelahnya, Jongin bahkan dituntut menceritakan segala yang ia tahu.

Sedikit lagi. Meskipun ini melelahkan, sedikit lagi Jongin akan mencapai apa yang diimpikannya selama ini.

Kaki tersentak dan langkah terhenti kala melirik lelaki cantik yang duduk melipat kedua kaki di depan pintu rumah apartemennya. Jongin bahkan berdecak akan mengapa dalam keadaan yang begitu melelahkan, lelaki cantik ini yang harus hadir di hadapannya. Sungguh, ia butuh Do Kyungsoo.

"Jongin ...." Dia merengek manja.

"Ada apa, Baek? Kenapa kemari?!" Jongin masih berdecak sembari membuka pintu rumah.

Sang lelaki cantik bergelayutan manja di lengan Jongin, ia pula mengikuti langkah Jongin masuk ke dalam rumah apartemen. "Izinkan aku berada di sini, aku dan Sehun sedang bertengkar." Bibirnya mencebil manja dengan wajah yang memelas kepada Jongin. Dia memeluk begitu erat.

Jongin menghela napas, menggeser kepala lelaki cantik yang terlalu dekat di dada. "Memangnya jika kubilang tak boleh kau akan menuruti?" Jongin mendorong dan melepaskan pelukan.

"Jangan coba-coba mengacaukan rumahku dan jangan masuk ke kamarku!" Jongin memberi peringatan.

Seruan yes yang rendah itu terdengar dari bibir Byun Baekhyun, ia bahkan serta-merta masuk ke dalam dapur dan mengacak-acak pantri memasak.

"Oi, oi, oi, kubilang jangan mengacaukan rumahku!" Kembali Jongin menghardik.

Dia tampak tak peduli. Bibirnya mengunyah buah pisang yang ditemukan di dalam lemari pendingin. "Aku sudah menunggu di luar sana selama dua jam! Kau dari mana saja?!" Dia berseru dari dalam dapur ketika Jongin menghempas tubuh di sofa ruang utama.

"Aku akan buat ramyeon? Kamu mau?" Lelaki cantik bahkan semena-mena memanaskan air untuk memasak mie instannya tanpa meminta izin dari Jongin.

Jongin tak menjawab, dia merebahkan kepala pada sandaran sofa dan menghela napas. Kepala masih berpikir dengan apa yang Ayah diskusikan dengan para pemegang saham hari kemarin. Jika ini berhasil, maka Jongin menjemput lelaki kesayangan.

"Oi Baek!" Kepala Jongin memutar dan melirik si lelaki cantik yang sedang bersenandung bersama mie instan yang sedang dimasaknya. "Jika aku yang memimpin Kim Hyung Group? Kau ingin bekerja di perusahaanku yang mana?"

Lelaki di ujung sana terkekeh tengil, begitu mengejek. "Kau bahkan berselisih dengan ayahmu dan meninggalkan rumah, bagaimana kau memimpin Kim Hyung? Kakakmu bahkan masih berdiri dengan tangguh."

"Katakan saja, anggap saja ini adalah imbalan karena telah memberikan info tentangnya." Jongin masih saja berucap sombong.

Baekhyun menghela napas dan melirik Jongin. "Aku tak suka bekerja, aku lebih suka menerima uang cuma-cuma dari lelaki yang berhubungan denganku." Dia mengedik bahu.

Jongin berdecak. "Sudah kukatakan untuk berhenti menjadi jalang. Sampai kapan kau akan menjadi selingkuhan orang?!"

Lelaki cantik di ujung sana pun ikut berdecak. "Kau sendiri? Sampai kapan hanya akan menjadi lelaki gelap si tunangan Chanyeol?" Baekhyun membalas dengan sebuah ejekan pula.

Love Affair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang