20. Panas [M]

10.5K 588 571
                                    




Tubuh Kyungsoo terhempas di atas ranjang, sejurus tubuh yang lebih besar menindih di atasnya. Kyungsoo sendiri tak tahu mengapa napas menjadi tersengal dan hawa di antara mereka begitu membakar.

"J—Jongin ssi ...." Kyungsoo sedang tidak berusaha menggoda, tetapi dia sendiri tak tahu mengapa suara dari bibir yang merah menjadi begitu sengau.

"Iya sayang?" Jawaban yang lembut terdengar dari lelaki perkasa di atas tubuhnya. Napas yang terlalu hangat menerpa wajah Kyungsoo.

"Kau jahat sekali. Kau bahkan tidak membalas panggilan telepon dan pesanku!" Tangan Kyungsoo memukul ringan dada sang lelaki perkasa yang begitu atletis.

"Aku minta maaf. Aku harus menyelesaikan sesuatu yang penting dan tergesa, sehingga begitu bertemu denganmu seperti sekarang ini, hal-hal lain itu sudah terselesaikan dan tak perlu dipikirkan lagi."

Kyungsoo mencebil, mengalungkan tangan di leher sang kekasih. "Kukira kau melupakanku."

"Bodohnya aku jika melupakan kau yang begitu indah." Kim Jongin memberi gombalan. Kyungsoo berdecak dan menampar ringan wajah tampan sang kekasih.

"Auch!" Dia meringis dan membuat Kyungsoo tersentak.

"J—Jongin ssi!" Kyungsoo seketika panik.

"Sayang! Kau tidak lihat wajahku!" Dia mengaduh sembari mengangkat tubuh untuk bangun, membuat Kyungsoo merasa bersalah dan ikut bangun.

"Maaf ... Maafkan aku ...."

Ada beberapa luka memar yang tercetak di wajah. Kyungsoo hampir saja lupa jika malam kemarin sang kekasih berseteru dengan Park Chanyeol hingga wajah yang sangat tampan tergores luka.

Kyungsoo tergesa-gesa, ingin mengambilkan obat untuk mengobati luka memar sang kekasih. Namun, ia malah tersentak manakala tangan besar sang kekasih mengangkat naik tubuh yang mungil ke atas pangkuan. Obsidian mata kembali berserobok.

"Jongin ssi!" Kyungsoo menghardik

Akan tetapi ia malah tersenyum sembari memeluk pinggul Kyungsoo hingga tubuh mereka semakin bertabrakan. Sempit. Tak berjarak. "Ini tidak akan sembuh hanya dengan obat luka memar," ucapnya dengan manja seolah tahu jika Kyungsoo akan turun dari ranjang mencarikan obat untuknya.

Kyungsoo berdecak dan mencebik. "Lantas? Bisa sembuh dengan apa?"

"Bibirmu." Dia menjawab tanpa perlu berpikir lama, membuat Kyungsoo lagi-lagi berdecak sebuah ejekan.

"Dasar lelaki mesum!" ejek Kyungsoo.

"Eum, benar. Dan, hanya kau yang mampu menampung semua kemesumanku. Tidak ada yang lain. Tidak akan pernah yang lain." Dia menatap lekat. Lantas, sejurus dengan ucapan mesum itu, Kyungsoo tak mampu menjawab lantaran bibir sudah tersumpal dengan rapat oleh bibir lain yang mulai berkuasa.

Kim Jongin mendorong surai Kyungsoo agar kepala merunduk, ia melumat daging bibir dan menjelajahi mulut Kyungsoo dengan lidahnya. Begitu liar mengajak lidah Kyungsoo beradu mesra.

Napas mereka terengah kala melepas kecupan. Hawa panas itu masih saja menggeluti di antara mereka lantaran wajah terlalu dekat dan dahi saling melekat dengan dahi. Hangat sekali.

"Kau tidak marah denganku?" tanya Kyungsoo.

"Untuk alasan apa aku harus marah, Sayang?" dia menjawab lembut sembari menceruk leher Kyungsoo; dia mengisap aroma tubuh Kyungsoo dan menyesap basah leher indah Kyungsoo.

Love Affair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang