16. Mampir Sebentar [M]

9.2K 633 343
                                    



"J—Jongin ssi, ayo hentikan saja." Kyungsoo bergumam rendah sembari menarik turun celana dalam hingga lepas.

Ini sudah putaran yang keempat. Kyungsoo sudah melepas baju hangat, celana piama, pula celana dalam hingga hanya meninggalkan baju piama yang tipis, lantaran terus-menerus kalah di setiap kali putaran permainan kartu UNO mereka. Kekasih gelapnya hanya gagal di satu kali permainan di mana ia terpaksa membuka kaus oblong yang dikenakan dan begitu saja menunjukkan bagaimana tubuh cukup gelap yang begitu atletis.

Sebenarnya, bukan tubuh tak berbaju yang membuat Kyungsoo menjadi begitu sangat risih dan gelisah, sebelum ini pun ia bahkan terlalu sering tak memakai baju ketika bersama sang lelaki gelap. Namun, lirikan mata elang dengan wajah lapar akan hasrat maksiat itu yang membuat Kyungsoo khawatir. Kim Jongin yang perkasa pasti akan berulah lagi seperti malam kemarin.

"Baiklah, tetapi kau masih harus tetap menuruti satu permintaanku."

Kyungsoo tak bisa menolak. Ini adalah kesepakatan; bahkan setelah beberapa kali kekalahan, selain harus membuka satu persatu pakaian yang dikenakan, Kyungsoo harus mengikuti keinginannya. Kyungsoo sudah menuruti perintah seperti menyanyikan sebuah lagu cinta, pula sudah beberapa kali memberikan ciuman yang bergairah.

"Kali ini apa lagi? Ayo sebutkan? Dan, setelahnya mari menikmati minuman cokelat yang biasa saja."

Niat bermain UNO adalah untuk menikmati cokelat hangat, tetapi nyatanya, cokelat hangat tak tersentuh sama sekali hingga kini sudah menjadi dingin.

Dia masih tersenyum lantas beranjak dari posisi duduk bersila di ambalan sofa, dia menuju ke ruang makan dan kembali dengan sebuah kursi meja makan yang kemudian diletakkan di hadapan sofa.

"Sayang, ayo duduk." Dia meminta Kyungsoo untuk duduk di atas kursi meja makan itu.

Kemudian, dia duduk di atas sofa yang berhadapan dengan kursi Kyungsoo; terlihat angkuh dengan melipat kaki dan mulai menyeruput minuman cokelat yang sudah tidak hangat lagi.

"Angkat kakimu untuk naik dan buka dengan lebar kedua pahamu, Soo. Aku ingin melihatmu mengguncang milikmu sendiri di atas kursi itu."

Sekelebat mata mendelik tak percaya. Sedari tadi sebenarnya sang kekasih gelap terus saja memerintah sesuatu yang mesum, tetapi kali ini adalah mesum yang berlebihan. Kyungsoo akan mengajukan protes.

"Jongin!"

"Yang kalah tidak bisa membantah, Sayang. Lagi pula, ini yang terakhir kalinya." Dia meneguk lagi minuman cokelat, senyum yang memikat itu terlalu mengintimidasi, mendominasi.

"Kau tidak akan menolakku, kan Soo?"

Kalimat tambahan itu membuat Kyungsoo menelan liur. Dia mengigit bibir sembari mulai menunduk, kedua telapak kaki naik ke atas kursi, dan kemudian paha terbuka lebar; penis mungil yang merah muda menyempil keluar dari balik piama tidur yang tipis.

Dia terkekeh. "Lihat? Dia bahkan sudah begitu menegang. Sebenarnya hal mesum apa yang kau pikir dari tadi, Sayang?"

Ingin mengumpat; memaki Kim Jongin dan memaki dirinya sendiri. Kyungsoo harus mengakui kebodohannya lantaran memang sejak Kim Jongin melepas baju oblong di putaran permainan yang ketiga tadi, si mungil di balik celana piama sudah memberontak dan berdiri begitu tegang dengan gagahnya.

"D—Diamlah!" Kyungsoo membentak rendah. Namun, kemudian sebelah tangan meraih miliknya sendiri.

Hangat akan genggaman tangan sendiri memang masih terasa, tetapi jika boleh jujur, Kyungsoo lebih ingin tangan Jongin yang mengguncang miliknya. Kyungsoo tahu itu akan lebih terasa hangat dan nikmat.

Love Affair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang