Dengan senyuman yang tercetak di bibir tebal dan cantik, dia menyusun berderet kertas cek berharga bernilai ratusan juta di atas ranjang. Jongin bahkan harus menghela napas lantaran si lelaki kesayangan terlalu mengagungi benda berharga mahal tersebut dan terus mengabaikan Jongin yang berada di belakang punggungnya.
"Sebegitukah kau menyukainya? Jangan bilang kau lebih menyukai mereka dari pada aku?" Jongin yang bersandar pada kepala ranjang memberikan komentar.
Kepalanya menoleh dan mengangguk. "Aku lebih menyukai mereka, kenapa? Ada masalah?" Dia pula menjulur lidah mengejek Jongin.
Jongin berdecak kesal; dengan sengaja mengoyang selimut mereka sehingga lembaran-lembaran cek itu jatuh berserakan di bawah ranjang.
"Jongin ssi!" Dia menghardik.
Jongin tak mau mengindahkan, dia bahkan datang memeluk sang kekasih yang baru saja akan turun dari ranjang mereka untuk memunguti kembali cek-cek berharga yang bertaburan di lantai.
"Hei, lepaskan!"
Jongin enggan melepaskan, dia malah memeluk semakin erat dan menyandarkan dagu di pundaknya. Jongin menghirup aroma tubuh yang begitu vanila. "Apa cek-cek itu lebih berharga dariku?" gumam Jongin dari belakang punggungnya.
"Bodoh." Tangan mungil Do Kyungsoo memukul ringan di dahi. "Kim Jongin lebih berharga dari cek-cek itu. Kim Jongin segalanya." Dia memberikan rayuan gombal.
Jongin tak mau menepis, dia bahkan senang sekali mendengar bagaimana bibir cantik sang lelaki kesayangan mengatakan ia begitu berharga dan malah adalah segalanya.
"Tetapi, berhentilah bersikap seenaknya saja. Kau seharusnya tidak gegabah seperti hari ini! Bagaimana bisa kau begitu saja memberikan cek pada mereka tanpa sepengetahuanku?!" Do Kyungsoo mengomeli.
"Sudah kukatakan aku ingin segera memilikimu sepenuhnya. Aku ingin kau benar-benar bebas dari keluarga Park," ucap Jongin.
"Aku tahu, maafkan aku. Namun, hal semacam ini tak bisa gegabah. Kita harus memikirkannya baik-baik sebelum bertindak."
"Apa kali ini kau sudah benar-benar yakin? Kali ini, kau sudah benar-benar bisa meninggalkan mereka?"
Pertanyaan Jongin tidak langsung mendapatkan jawaban. Sang lelaki mungil bahkan menundukkan kepala dengan desahan di bibirnya. Jongin tak dapat membaca pasti, tetapi ia yakin ada sesuatu yang masih mengganjal di hati sang lelaki kesayangan.
"Katakan Sayang, katakan yang mengganjal di hatimu. Aku sudah tak ingin lagi hubungan kita menjadi sesuatu yang mengganggu."
Dia menoleh, lantas memberikan satu kecupan hangat di bibir Jongin yang masih memeluk erat. "Apa aku tak masalah bagimu?" tanyanya membuat Jongin mengerut dahi. Tidak mengerti apa maksud ucapan sang kekasih.
Lelaki kesayangan menghela napas rendah. Dia membawa Jongin berbaring di atas ranjang dan ia memeluk tubuh yang atletis, masuk ke dalam dada Jongin.
"Ketika aku tak tahu siapa dirimu, aku bahkan tak bisa berkata iya. Aku selalu mengabaikan perasaanmu. Namun kini, ketika aku sudah tahu betapa hebatnya dirimu dibanding orang-orang itu, aku bahkan ingin segera saja meninggalkan mereka dan ingin semakin terjatuh ke dalam pelukanmu. Bukankah aku terlihat seperti lelaki gampangan? Bukankah aku terlihat begitu murahan? Tidakkah itu menjijikkan?"
Jongin menarik dagu agar wajah cantiknya mendongak. Ada rasa bersalah yang tersirat di wajah indah itu. Dia yang kemarin bahkan terus berkata maaf ketika Jongin meminta ia meninggalkan saja tunangan berengsek beserta keluarga Park yang terus memberikan tekanan. Namun kini, ketika sudah tahu bagaimana Jongin yang sebenarnya, bagaimana Jongin yang barangkali bisa dengan mudah mengalahkan keluarga Park, itu mungkin akan semakin menjadi sulit bagi sang lelaki kesayangan. Egonya pun terlalu tinggi untuk menyebut diri sendiri sebagai lelaki yang murahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair
أدب الهواة[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Ujaran Kim Jongin yang mengatakan perselingkuhan itu wajar bagi kaum lelaki, membuat Do...