Juu-Shichi

7.2K 812 111
                                    

.
.
.
.
.
.
I'm going crazy

.
.
.
.
.
.....

"Apa maksudmu menyuruhku untuk menandatangani surat perceraian kita Jung Taeyong?!!" Bentak Jaehyun

"Kau yang dengan mudah memintaku menandatanginya dulu. Sekarang kenapa tidak mau hah?" tanya Taeyong ringan.

Jaehyun mengacak surai cokelatnya frustasi, ia meraih tangan Taeyong, menggenggamnya erat.

Taeyong membiarkan hal itu, ia hanya menatap Jaehyun datar, walau jantungnya saat ini bekerja sangat cepat. Sudah sangat lama Jaehyun tidak menyentuhnya seperti ini, ia rindu. Tapi tidak. Taeyong tidak boleh terbuai begitu saja, ia mengingat tujuan awalnya.

"Kau masih mencintaiku kan Taeyong?" tanya Jaehyun sambil menatap ke dalam mata indah Taeyong.

Kemudian Jaehyun terkekeh sendiri "tentu iya. Kau masih mencintaiku"
Kemudian ekspresinya kembali serius.

"Kalau begitu kenapa kau melakukan ini Taeyong?"

"Seharusnya aku yang mengatakan semua itu Jaehyun" Taeyong menahan diri agar tidak meninggikan nada suaranya.

"A-apa maksudmu?" Jaehyun tak mengerti.

Taeyong mengambil napas dalam sebelum menjawab "seharusnya aku yang bertanya apakah kau masih mencintaiku Jaehyun? Oh tentu tidak. Siapa suami yang tega mengirimkan surat cerai pada istirinya di saat dia masih mencintai istrinya kan Jaehyun? Tidak ada."

Taeyong mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya "dan seharusnya aku juga yang bertanya 'kenapa kau melakukan ini'?! Cihh aku yakin kau tidak bisa menjawab semua itu iyakan Jung Jaehyun?!" tanpa sadar nada suaranya sudah meninggi.

Jaehyun mengepalkan tangannya kuat berusaha kuat menahan emosi, ia bisa-bisa membakar rumah ini dengan kekuatannya jika tak bisa mengendalikan diri.

"Aku masih mencintaimu Taeyong. Dan akan selamanya seperti itu" ujar Jaehyun yang membuat Taeyong berdecih.

"Kalau memang seperti itu seharusnya kau mengirimkan surat yang berisi tentang kerinduanmu padaku bukannya surat perceraianmu itu Jung!" balas Taeyong.

Jaehyun terdiam. Ya ini memang salahnya, tapi ia melakukan ini dengan alasan yang kuat dan itu juga untuk Taeyong.

"Kumohon Taeyong jangan seperti ini" Jaehyun menatap Taeyong lembut.

Taeyong menggeleng "tanda tangani ini" ia menyodorkan kembali surat perceraian mereka.

"Tae—"


"Mommy Daddy hiks- jangan bertengkar terus" kehadiran Mark membuat kedua orang dewasa itu tersentak kaget.

Taeyong meletakkan surat yang sedari tadi dipegangnya ke meja lalu berlari ke arah Mark. Taeyong membawa putranya itu ke dalam gendonganya.

"Mark terbangun hm?" tanyanya lembut sambil mengusap surai cokelat muda Mark.

Mark menggeleng kuat "hiks- Markeu tidak suka mommy dan daddy bertengkar" air mata menetes dari kedua mata lebarnya.

"Shh tidak seperti itu Mark" Taeyong berusaha menenangkan putranya ini.

"Lalu seperti apa mom? Pokoknya mom dan dadd harus berbaikan! Kalau tidak Markeu akan terus menangis" ancamnya.

Jaehyun bangkit berdiri dari duduknya, ia mendekati Taeyong lalu mengambil alih Mark. Kini anak lelaki itu berada di dalam gendongan Jaehyun.

"Mark dengarkan daddy... Tidak terjadi apapun di antara kita jadi Mark tidak perlu sedih oke?" Jaehyun berusaha menenangkan Mark.

Our Fate: When Everything Changed ◽JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang