11

3.5K 609 20
                                    


Felix menjerit kegirangan ketika memasuki kamar inap Jisung. Pasalnya di kamar tersebut jisung tampak tertawa bersama seorang pria muda yang tak asing.

Chaewon dan Jisung hanya bisa menggeleng melihat kelakuan si bungsu yang sekarang berada di pelukan si pria muda.

"Oppa kapan ke korea?", tanya chaewon.

Gadis itu meletakan tasnya di meja dan menjatuhkan dirinya di sofa empuk di sudut uang inap jisung.

Minho -si pria muda melepaskan pelukan bungsu Lee dengan hati-hati seakan si manis adalah kaca yang rapuh.

"Tadi pagi mama baru bilang kalau jisungie jatuh dari tangga dan aku juga baru sampai di sini", ucap pria bermata cantik itu.

"Yoobin aunty tidak ikut?", tanya chaewon.

"Tidak, licia. Dia masih harus di jepang hingga besok minggu"

Jawaban minho membuat mata felix yang tadinya berbinar riang sedikit meredup. Jujur ia sangat merindukan adik sang mommy yang selalu memanjakannya.

"Hei, jangan sedih baby koala. Mama bilang akan ke korea secepatnya"

Minho mencubit gemas pipi tembam sepupunya itu. Membuat pipi bertabur bintik itu sedikit memerah.

"Hei, jisoo aunty dimana? Aku belum sempat bertemu dengannya. Mamaku menitipkan beberapa bingkisan untuknya"

Minho menunjuk beberapa paperbag yang tergeletak di lantai bersama koper kecil berwarna marun miliknya.

"Sebentar lagi juga mom akan datang", gumam jisung.

'Cklek'

Pintu itu terbuka dan benar kata jisung, jisoo masuk dengan jas putih kebanggaannya.

"Eoh, Minho?"

Jisoo tampak terkejut dengan kedatangan keponakannya.

.
.
.


Hari ini Minho mengantarkan Chaewon dan Felix ke sekolah. Bukan apa, keluarga Lee merasa tidak enak apabila terus meminta bantuan Bang Chan sementara ada anggota keluarga yang masih bisa mengantar si kembar.

Lagipula entah kenapa chan juga terlihat menjaga jarak dengan hoobae kembarnya. Dan hal itu membuat Chaewon merasa sedikit was-was, takut jika changbin mengancam chan agar menjauh dari adiknya.

Sekolah sudah lumayan ramai ketika si kembar sampai di depan gerbang.

"Hai", seorang remaja tinggi berbibir tebal menyapa chaewon dan felix.

"Hai hyunjin", Chaewon tersenyum manis, begitu pula dengan Felix.

Minho menatap hyunjin menyelidik, seakan ingin tahu siapa yang menyapa kedua sepupunya ini.

"Ah, oppa perkenalkan ini hyunjin, temanku"
Pipi chaewon memerah ketika memperkenalkan hyunjin.

"Dan ini.."

"Aku Minho, kekasih felix", potong Minho tersenyum jahil.

"Hyung!"

Felix menyikut perut Minho dan membuat si empu mengaduh kesakitan.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap kegiatan mereka dengan tangan terkepal.

"Sialan", bisiknya tertahan.

.
.
.
.
.

Tbc



Obsesi (Changlix) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang