Pemuda tampan itu berjalan tertatih sembari mendorong tiang infusnya menuju kamar vip yang berjarak tiga ruang dari kamarnya.
Badannya terasa ngilu ketika di gerakkan, tapi tak masalah. Toh, ini menyangkut masa depannya kelak.
Rumah sakit sepagi ini sangatlah hening, tak ada dokter maupun perawat yang berlalu-lalang seperti biasanya.
Ruang inap dengan nomor 22 itu terlihat sepi.Si tampan mencoba pintu itu dan ternyata tak di kunci. Ia tersenyum, namun senyumnya tergantikan dengan raut terkejut ketika melihat didalam sana ada dua orang.
"Sunbae, masuklah"
Dua orang itu berbisik pelan.
Perlahan, changbin melangkah memasuki ruang inap milik chaewon dan ikut duduk di kursi di samping ranjang."Maafkan kami, sunbae", chaewon membuka mulutnya.
"Tak masalah, ini cuma salah paham. Bagaimana keadaanmu, chae?", changbin tersenyum.
"Tadi sekitar jam tiga pagi chaewon sadar. Kebetulan felix melarikan diri kesini karena tidak bisa tidur", jisung terkekeh sembari melirik sofa disudut ruangan yang ternyata berisi sesosok pemuda manis yang telah terlelap.
"Maaf ya, sunbae", jisung menunduk.
Ia benar-benar merasa bersalah pada pemuda dihadapannya ini.
"Kami tidak pernah menyangka jika pelakunya si hwang brengsek hyunjin itu", umpat chaewon.
Changbin terbelalak, "jadi benar si bibir tebal itu pelakunya?"
Duo Lee mengangguk.
"Lalu bagaimana selanjutnya?"
"Tadi, jam tujuh pagi aunty langsung memanggil polisi dan membawanya ke kantor polisi. Mungkin si brengsek itu akan masuk ke penjara anak selama beberapa tahun", jelas jisung.
"Seburuk itu ya", desah changbin.
"Buruk, sangat buruk. Dia melakukan tiga percobaan pembunuhan, menjadi penguntit dan mengancam beberapa orang".
Hening sesaat, hanya ada suara deru nafas teratur. Tak ada yang bicara, semua fokus pada pikiran mereka masing-masing.
"Jadi..."
Changbin membuka mulutnya, membuat duo Lee menatapnya.
Ia sedikit gugup, tentu saja."Bolehkah aku mendekati adik kalian?"
.
.
.Two month later
"Nuna! Pacarmu menjemput!!!!", jisung berteriak dari lantai dasar.
Dengan sedikit tergesa si sulung Lee menuruni tangga.
"Hati-hati, babe. Kau baru pulih sebulan yang lalu"
Pemuda tampan itu mengacak rambut chaewon.
"Yak! Yang Jeongin! Panggil aku nuna, eoh!"
Ya, sejak chaewon harus berada di rumah sakit hingga nyaris sebulan jeongin semakin gencar mendekati si sulung Lee. Hingga dua minggu yang lalu mereka meresmikan diri sebagai sepasang kekasih, yang pastinya sangat didukung keluarga besar Lee yang sangat mengenal Jeongin bahkan semenjak pemuda itu masih berada dalam kandungan.
Pemuda yang bermata rubah seperti ibunya (sebut saja dokter Jeon wonwoo) tertawa.
"Kau kan pacarku", ucapnya.
"Tapi aku lebih tua darimu!"
"Terima saja kenyataannya nuna. Kau berpacaran dengan brondong", sahut jisung.
"Diam kau jomblo!"
Jisung hanya bisa mengelus dadanya karena ucapan sang kakak tersayang yang begitu jujur.
'Ting dong'
"Kupastikan jika aku membuka pintu itu aku akan terlihat sangat menyedihkan karena dikelilingi orang-orang kasmaran", ujar jisung.
"Yak! Jeongin buka pintunya", perintah si tengah Lee.
Dengan malas, jeongin membuka pintu itu dan benar saja di depan pintu seorang pemuda tampan dengan style dark berdiri sembari menenteng beberapa paperbag.
"Itu apa, hyung?"
"Dimana felix?"
Changbin menyerahkan semua paprebag itu pada jeongin yang disambut bahagia oleh si pemuda rubah.
"Wow, kau membawa apa saja hyung?"
Jisung yang melihat jeongin membawa banyak paperbag segera mendekat.
"Hanya beberapa camilan. Dimana nae haengbokkie?"
"Naik saja ke atas", ucap Chaewon.
"Yak! Jeongin katanya kita akan ketoko buku!"
Chaewon melempar majalah ke arah Jeongin dan Jisung yang tengah membuka paperbag berisi camilan.
Tanpa memperdulikan tiga orang itu, changbin menaiki tangga menuju kamar sang pujaan hati.
Tangannya mengetuk pintu berwarna putih itu dan perlahan membukanya.
Di kamar luas yang bersih dan rapi itu tak ada siapapun, changbin menatap pintu ruang pakaian felix yang pintunya sedikit terbuka.Mata changbin nyaris keluar dari tempatnya, didalam sana felix sedang berdiri membelakanginya. Namun bukan itu yang membuat changbin terkejut.
Ruangan itu, ruangan yang kata jisung terlarang dimasuki siapapun kecuali si bungsu sendiri, didalamnya terpajang banyak foto changbin di berbagai kesempatan yang si pemuda itu sendiri tidak pernah sadar jika ia pernah difoto pada saat itu.
Raut terkejut changbin tergantikan dengan senyum manis.
Tak masalah bukan jika felix terobsesi dengannya hingga menyimpan fotonya sampai sebanyak itu?Toh mereka saling mencintai
Dan changbin juga memiliki 'koleksi' foto felix lebih banyak dari itu.
Fin.
Udah abis
Beneran cuma sampe sini
Udah di bilang juga udah selesai
Akhirnya selesai juga
Hehehe
Makasih yang udah mau baca dan vote
Maaf endnya ga sesuai keinginan kalian
Aku juga ga bisa banyak omong kek author lain, bukan karena sombong
Tapi aku emang gini
Btw ini book pertama aku yg selesai
Pokoknya makasih buat kalian semua
Ku sayang kalian♥
Jangan lupa mampir ke book sebelah yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi (Changlix) END
FanficAwalnya hanya sekedar mengirim sticky note kemudian meningkat ke hadiah dan surat cinta hingga tak ada yang boleh menyentuhnya bxb yaoi