14

3.2K 561 46
                                    

Motor hyunjin melaju dengan kecepatan sedang dengan chaewon duduk manis di belakangnya.

"Hyunjin", panggil chaewon.

"Hmm"

"Aku khawatir meninggalkan felix di sekolah", ucap si cantik.

Hyunjin memelankan laju motornya.

"Tapi kenapa kau malah memilih meninggalkannya, eoh? Bagaimana jika changbin sunbae melukainya", tanya hyunjin.

Chaewon tertegun. Sebenarnya hingga detik ini ia tak percaya jika changbin adalah stalker yang terobsesi pada adiknya.

"Aku yakin changbin sunbae bukan pelakunya", bisik chaewon namun masih bisa di dengar hyunjin.

Mata hyunjin menangkap sosok Changbin yang tengah mengendarai motor sport birunya agak jauh di depan mereka.

"Mari kita buktikan. Apakah dia pelakunya atau bukan", hyunjin tersenyum misterius.

Seketika perasaan chaewon tidak enak. Benar saja, hyunjin langsung menarik gas dan melaju secepat mungkin dijalanan yang cukup sepi itu.

"Hyunjin! Apa yang kau lakukan??"

"Kau tidak akan pernah tahu, Lee"

Hyunjin tersenyum miring sebelum menghentikan motornya secara mendadak tepat di depan motor changbin yang melaju dengan kecepatan sedang.

.
.
.

"Je, kenapa perasaan Lixie tidak enak ya?", tanya felix pada Jeongin yang melajukan motornya pelan.

"Itu hanya perasaanmu saja"

"Astaga, tadi nuna tidak memakai helm!"

Felix memekik khawatir.

"Kau bercanda?? Hyunjin tidak membawa helm cadangan memangnya? Ah dasar anak itu", maki Jeongin.

"Jeje masih menyukai nuna ya?"

"Dia bahagia bersama hyunjin, lix"

Si manis tak bisa melihat senyum getir yang tercetak jelas dibibir jeongin, namun ia bisa merasakan bagaimana perasaan Jeongin. Dengan Lembut Felix mengusap bahu Jeongin, untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Aku oke, lix", kekeh jeongin

"Hng, bagaimana surat teror yang sering di kirim ke loker nuna? apakah orang itu masih sering mengirimnya?"

"Masih, Lix"

Ya, selama ini chaewon sebenarnya mendapat banyak surat teror. Tapi gadis itu tidak pernah mengetahuinya, ia hanya pernah menemukan satu surat penuh ancaman di lokernya. Ia tak pernah tahu jika setelah itu Felix, Jisung, Seungmin dan Jeongin yang mengambil surat yang setiap paginya diletakan di dalam loker si sulung Lee.

"Hei, kenapa ramai sekali disini?"

Jeongin menghentikan motornya, ia menatap jalan menuju rumah mereka yang biasanya sepi kini ramai oleh polisi dan petugas medis.

Felix sudah mendekat kearah kerumunan untuk melihat apa yang terjadi diikuti Jeongin dibelakangnya.
Meski dibatasi garis polisi felix masih bisa melihat apa yang ada disana.
Kakinya melemas ketika melihat changbin yang diangkat masuk ke ambulance dengan banyak luka disekujur tubuhnya. Namun si manis menjerit histeris ketika melihat sulung Lee dalam keadaan yang lebih parah dari Changbin, tubuhnya seakan bermandikan darah.

.
.
.

Tbc

Obsesi (Changlix) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang