15

3.3K 558 36
                                    

Pemuda jangkung itu berjalan tergesa, sebab jam sudah menunjukkan angka tujuh kurang lima menit.

Tubuhnya terhuyung ketika ia ditabrak secara beruntun oleh tiga orang yang bergandengan tangan dengan namja manis di urutan terakhir.

"Mian, kami buru-buru"

Si manis berteriak menatap pemuda jangkung itu namun masih tetap ditarik paksa oleh si gadis didepannya.

Tanpa sadar remaja jangkung itu tersenyum.

"Cantik", bibir tebalnya bergumam.

"Jin? Apa yang kau lakukan? Cepat masuk ke kelas sebentar lagi guru Min masuk!", Jeno teman sekelasnya menarik tangan Jeno dengan kasar menuju kelas mereka.

"Kau kenal tiga orang tadi?", tanya hyunjin.

"Hei! Kita sejak JHS satu sekolah dengan mereka Hwang! Mereka itu triplet Lee. Masa anak sepopuler dirimu tidak mengenal tiga saudara paling fenomenal di sekolah kita?", jeno mendengus.

"Ey, benarkah? Lalu siapa yg cantik itu?"

Jeno menyeritkan dahinya, tentu saja dia bingung. Hell triplet Lee itu cantik semua! Bahkan Jisung yang terkenal sebagai anak super sibuk juga cantik, begitu pula si sulung Chaewon yang savagenya telah mendarah daging dan si bungsu yang polos namun memiliki kecerdasan diatas rata-rata wajahnya bahkan tidak mendukung jika ia lelaki karena saking cantiknya.

"Kalian masih berani masuk ke kelasku, eoh?!"

Jeno dan Hyunjin tertegun, sebab di depan kelas mereka telah berdiri sang guru killer dengan tatapan tajamnya.

.
.
.

Jeno melirik sohibnya yang termenung menatap si bungsu Lee yang masih berolahraga di lapangan.

"Kamu suka felix?", tanya Jeno To the point.

Hyunjin menatap Jeno tajam.

"Hei, jangan menatapku seperti itu!", Jeno terkekeh.

"Tapi saranku, Jin. Kau harus berhati-hati jika ingin mendekatinya, kedua kakaknya super protektif dan jangan lupakan fansmu yang juga tak akan segan meneror siapapun yang dekat denganmu"

Hyunjin kembali menatap ke arah lapangan dimana si sulung dan si bungsu Lee tengah menertawakan salah satu teman mereka yang bermata seperti rubah.
Senyum miring terukir di wajah tampan hyunjin.

.
.
.

"tsk, tinggi sekali sih"

Seorang gadis bername tag Lee Chaewon berjinjit mencoba mengambil buku di rak yang cukup tinggi.

Sebuah tangan terulur untuk mengambil buku dengan sampul hijau muda itu dan memberikannya pada si cantik.

"Eh, terimakasih", chaewon membungkuk pada penolongnya.

"Sama-sama, chaewon", hyunjin tersenyum.

"Eung? Darimana kau tahu namaku?"

Hyunjin terkekeh sembari menunjuk name tag di dada si gadis.

"Nama yang indah, seperti pemiliknya"

Rona kemerahan telah menyebar cepat di wajah chaewon.

.
.
.

"Ada apa dengan felix? Sepertinya ia senang sekali?", hyunjin tersenyum melihat tingkah si bungsu Lee.

"Dia mendapat sticky note dari penggemar rahasianya", chaewon ikut tersenyum melihat adiknya begitu senang.

Senyum hyunjin perlahan pudar. Ia benci jika felix-nya tersenyum karena orang lain selain dirinya.

.
.
.

Mata hyunjin berkilat marah ketika melihat salah satu kakak kelasnya menaruh selembar sticky note dan sebuah kotak hadiah.
Ketika sang senior keluar dari kelas pujaan hatinya barulah hyunjin masuk dan mengambil kedua barang itu kemudian menggantinya dengan sticky note yang telah ia persiapkan dari rumah.

Hyunjin membuka loker milik si sulung Lee dan mendapatkan banyak sampah dan kertas yang berisi makian untuk Chaewon dari fansnya yang tak menyukai kedekatan (palsu) mereka. Ia terkekeh kemudian ikut memasukan selembar kertas berisi ancaman untuk Chaewon.

Si tampan melirik jam tangannya, pukul enam tepat. Ia bertekad akan berada di sekolah sebelum jam enam.

Kedua barang itu kemudian disimpan di ransel hitamnya untuk kemudian dibuang di tempat sampah kelas sang senior yang bernama seo changbin itu pada jam istirahat.

.
.
.

TBC

Obsesi (Changlix) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang