16

3.2K 535 19
                                    

"Jadi, saudara changbin yang menabrakan motornya ke arah motor anda?"

Hyunjin yang menatap sang polisi yang tengah mengintrogasinya, meskipun dirinya masih berada dirumah sakit.

"Ya"

Jawab pemuda jangkung dengan tangan sebelah kiri yang di gips itu.

"Kami masih membutuhkan kesaksian dari kalian semua. Tapi mengingat keadaan nona Lee dan tuan muda seo yang belum sadarkan diri sejak tiga hari yang lalu anda adalah saksi sekaligus korban pertama", ucap sang polisi dengan name tag Yang mingyu.

"Mereka selamat", gumam hyunjin pelan.

Namun bukan Mingyu namanya jika ia tak mendengar gumaman menyerupai bisikan angin itu.

"Apa yang kau katakan?"

Hyunjin menggeleng pelan.

"Aku hanya ingin tahu apakah orang tuaku ada di sini"

"Oh anak malang, semalam sebelum kau sadar ibumu kesini", dokter Jeon.

Polisi berkulit tan itu sangat yakin jika ada sesuatu yang disembunyikan pemuda hwang itu.

.
.
.

"Nuna, kapan nuna akan bangun? Lixie dan jisungie merindukanmu", felix menatap tubuh kakaknya yang terbaring lemah.

"Lixie, makan dulu ya?", jisung  menyodorkan sekotak brownies cokelat pada sang adik.

Si manis menggeleng, mata indah itu mulai berkaca-kaca dan air matanya kembali menumpuk di sudut matanya.
Ia merutuki kenapa hal ini harus terjadi pada orang-orang yang disayanginya.

"Lixie, mom dan dadmu akan marah jika kau tidak makan", bujuk Minho.

"Hiks, tapi... nuna", felix meringis.

Ia tak tega melihat sang kakak yang tubuhnya dipenubi selang untuk menunjang hidup sekaligus memberikan nutrisi bagi tubuhnya yang sudah tertidur selama tiga hari.

"Makan, honey. Ayo mama akan menyuapimu", yoobin -ibu minho sekaligus adik jisoo membujuk si bungsu.

mau tak mau akhirnya si manis membuka mulutnya untuk menerima brownies cokelat yang di sodorkan bibinya itu.

.
.
.

"Kesaksian kalian berbeda", Mingyu menatap changbin tajam.

Changbin tertegun. Dirinya baru saja membuka mata empat jam yang lalu dan sudah di introgasi oleh polisi tinggi berkulit tan ini. Semua kejadian sebelum kecelakan itu sudah ia jelaskan dan apa kata polisi ini? Kesaksian berbeda.

"Tapi, opsir Yang. Saya sudah jujur, saya berkendara dengan kecepatan 80km/jam dan tiba-tiba hyunjin dan chaewon memotong jalanku dan berhenti tepat didepanku. Saya sudah mencoba menghentikan kendaraan saya, tapi jarak mereka terlalu dekat", jelas changbin lagi.

Mingyu menatap changbin menyelidik. Ia benar-benar tidak menemukan kebohongan dimata pemuda beraura dark itu.

"Tapi apa motif tuan hwang melakukan itu?"

Changbin merasakan kepalanya berdenyut karena emosi.

"Mana saya tahu! Tanyakan saja padanya!"

"Dan tuan seo, beberapa kesaksian dari keluarga Lee dan tuan hwang sendiri menyebutkan jika kau adalah stalker dari Felix Lee"

Changbin mengepalkan tangannya. Sekarang ia mengerti apa yang terjadi. Bayang-bayang wajah chaewon yang ketakutan saat motor hyunjin tepat didepannya dan senyum licik yang terukir jelas di wajah hyunjin.

Terlintas di pikiran si pemuda bersurai gelap itu jika Chaewon telah mengetahui siapa stalker sebenarnya dan hyunjin mencoba menghilangkan jejaknya sebagai pelaku penguntitan terhadap si bungsu Lee.

.
.
.


"Lixie, ayo kita pulang dulu", ucap jisung.

"Tapi siapa yang akan menjaga nuna?"

"mama akan menjaga chaewonie, sayang. Kalian pulanglah dulu bersama Minho", ucap Yoobin.

Felix mengangguk patuh.

"Ayo, sebelum pukul sepuluh kita harus sudah sampai ke rumah"

Yoobin memukul kepala putera semata wayangnya.

"Ini jam sepuluh kurang lima belas menit, bakka! Jaga adik-adikmu, kalau salah satu dari mereka lecet seujung rambutpun, mama akan memotong masa depanmu!", ancam Yoobin.

Minho dan Jisung meringis  ngilu mendengar ancaman itu.

"Baiklah mama, kami pulang dulu. Luv ya!"

Felix berpamitan pada Yoobin, kemudian mendekati sang kakak yang masih terbaring lemah.

"Nuna harus cepat bangun, lixie rindu nuna"

.
.
.

TBC

Obsesi (Changlix) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang