"Iya, Ma. Sebelum ke gereja, Fajar akan mampir ke sana."
"Kamu ke gereja sama siapa?"
"Sendiri aja. Papa sama kak Pelangi lagi di luar kota. Mama ada di rumah?"
"Iya, di rumah. Ini lagi masak. Kamu makan siang di rumah Mama saja ya. Sekalian ke gereja dekat sini."
"Iya, Ma. Mama sehat? Bapak sama adek kabarnya bagaimana, Ma?"
"Alhamdulillah, Mama sehat. Bapak sama adek kamu kabarnya baik."
Fajar tersenyum tipis, senang mendengar kabar Mama baik-baik saja walau sudah pisah rumah selama 9 tahun. Ya, orang tua Fajar sudah bercerai sejak Fajar duduk di bangku sekolah dasar. Lalu 3 tahun berikutnya, diketahui Mama menikah lagi dan pindah agama.
Meski sudah lama pisah dan tidak satu pondasi lagi, komunikasi Fajar dengan Mama tetap berjalan lancar. Bahkan Papa sama Kak Pelangi pun juga begitu demi menjaga hubungan yang harmonis.
"Sudah dulu ya, Ma. Fajar mau nyetir."
"Iya, sayang. Hati-hati di jalan."
Obrolan di telepon pun berakhir. Fajar menaruh ponselnya di atas dashboard lalu menghidupkan mesin mobil dan melajukannya ke jalan raya.
Hening. Hanya suara dari radio yang dinyalakan dengan frekuensi sedang yang terdengar, menginformasikan ramalan cuaca, promo-promo menarik, sekaligus daftar pemenang kuis undian. Fajar larut dalam pikirannya sendiri sampai mobil yang dilajukan berhenti karena lampu merah.
Fajar meletakkan dagu di stir mobil. Jari telunjuknya mengetuk-ketuk, mengikuti irama lagu yang terputar di radio, sesekali Fajar bersenandung.
Seketika ia terdiam. Matanya menangkap sosok yang tidak asing diingatannya menyebrangi jalan. Tanpa pikir panjang Fajar pun langsung melepas seat belt. Hendak membuka pintu mobil namun lampu sudah berganti hijau dan kendaraan di belakangnya menekan klakson keras-keras, sangat bising didengar.
Fajar berdecak, merutuki kebodohannya. Segera memasang kembali seat beltnya lalu melajukan mobil dan memarkirkannya di depan ruko berwarni-warni, yang tidak terlalu jauh jaraknya dari lampu merah tadi.
Pemuda itu buru-buru mengambil tas, mengeluarkan buku bersampul oren. Kemudian keluar dari mobil dan mengejarnya sampai masuk ke dalam pasar yang banyak menjual buku-buku bekas. Matanya celangak-celinguk mencari keberadaan seseorang di antara orang-orang yang hilir mudik. Tapi rupanya, semesta sekali lagi tidak mempertemukan Fajar dengan si pemilik buku yang berhasil masuk ke kehidupannya.
a/n :
Aku nemu foto mas Fajar yang nyambung sama foto mbak Senja, sama-sama di bandara:')ADEM GAIS
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja
FanfictionSemesta selalu memiliki banyak cara yang terkesan misterius untuk menyatukan dua langit yang berbeda.