3. Mengusik Pikiran

1.2K 220 11
                                    

You never know

when you're gonna meet someone

And your whole wide world in a moment

comes undone

Lantunan lagu Start of Something Good dari Daughtry menemani Fajar yang duduk di bangku kayu teras balkon kamarnya. Memandangi langit malam yang terasa sangat hampa, sama seperti malam-malam sebelumnya yang ia lalui. Di rumah yang sangat besar itu, hanya ada ia seorang. Papa dan kak Pelangi sedang tidak di rumah. Begitu pula kedua ponakan yang biasanya selalu mengisi kesepian Fajar ketika pulang.

Fajar menghela napas. Teringat kemarin Mama menyuruhnya nginap di rumah bersama ayah dan adik tirinya, tetapi Fajar sungkan karena keluarga baru Mama mayoritas muslim sementara ia bukanlah golongan mereka. Fajar juga mengerti, maksud Mama begitu untuk mengenalkannya dengan agama baru walau tidak memaksa akan pindah keyakinan. Meninggalkan apa yang selama ini sudah diyakini Fajar, apalagi sudah berjanji, rasanya begitu sulit. Fajar tidak ingin menjalani hidup yang rumit sampai memecah belah hubungan keluarga yang menurutnya sudah layak disebut harmonis.

Ponsel Fajar di atas meja berdering, membuyarkan lamunannya. Ada pesan masuk dari Gibran, menyuruhnya bergabung bersama Jaya dan Julian yang sudah di kafe sejak tadi. Sepertinya mereka membawa pacar masing-masing. Begitu pula dengan Gibran yang pergi bersama Ica, baru saja laki-laki itu mengirim fotonya.



Gibran Ganesha
tenang bang. yg jomblo ga lu doang
ada temen gua di sini

Langit Fajar
siapa aja?

Gibran Ganesha
yudis sm bang cecep
oh iya. ada temennya pacar bang jaya jg
sm adeknya bang jul




Fajar mengernyit. Rame juga ternyata.


Langit Fajar
oke. gua ke sana


Setelah pesan terkirim, Fajar berlalu masuk ke dalam kamar untuk menutup aplikasi musik di laptop lalu mematikannya. Menyambar jaket yang tersampir di pinggir ranjang dan menyambar kunci motor. Ketika akan beranjak keluar, Fajar melirik buku bersampul oren di atas meja. Entah kenapa akhir-akhir ini mengusik pikirannya. Sampai sekarang, Fajar tidak pernah sekalipun membaca buku itu meski ia sangat penasaran apa yang ditulis oleh pemiliknya. Yang Fajar lakukan hanya membawanya saja kemana pun ia pergi.

Fajar terdiam. Keraguan muncul. Apa harus dibawa? Mending nggak usah. Tetapi, hati Fajar berseru menyuruhnya untuk tetap membawa buku itu.

Fajar menghela napas. Segera ia mengambil tas kecil yang tergantung di balik pintu, kemudian memasukkan buku itu ke dalamnya.









 Segera ia mengambil tas kecil yang tergantung di balik pintu, kemudian memasukkan buku itu ke dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fajar & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang