Film sudah selesai. Kesebelas rombongan pemuda-pemudi itu keluar dari bioskop, sambil mengobrolkan cerita petualangan Peter Quill cs di luar angkasa yang mencuri sebuah bola mustika. Gibran dan Yudhis bertingkah konyol memeragakan salah satu makhluk seperti pohon hidup yang kemunculannya sangat menghibur. Terutama cara bicaranya yang sangat unik yaitu hanya mengatakan, "I'm groot!" membuat Fajar dkk tertawa puas melihat tingkah konyol dua cowok ini.
"Makan yuk. Laper nih." Ica mengintrupsi.
"McD aja deh biar bisa rame rame. Gimana?" ujar Jaya memberi usul. Mereka mengangguk setuju.
"Formasi kayak tadi aja ya. Biar nggak ribet," kata Regi. "Oh, iya. Julian sama Kinan di mobil Ajay aja. Kan nggak bawa kendaraan. Yang lain tetap sama," tambahnya.
"Oke, kak!"
Fajar dan Senja diam-diam saling lirik. Gadis itu tersenyum sungkan, sedang Fajar menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Jika pergi dan pulang nanti dengan orang yang sama, berarti...
"Cus! Langsung cabut!"
Kenapa rasanya kayak lagi dicomblangin?
—
Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Anak-anak cowok langsung naik ke lantai dua untuk mengamankan tempat. Setidaknya menyusun kursi dan meja untuk dijadikan satu tempat memanjang. Sementara yang cewek-cewek berbaris antri karena mereka mendapat tugas untuk memesan makanan.
Beberapa lama kemudian, Ica, Kinan, Regi, Senja dan Soraya menyusul anak-anak cowok di lantai dua sembari membawa pesanan mereka. Setelah semuanya menduduki tempat masing-masing, mereka mulai menyantap makanan cepat saji tersebut. Obrolan hangat mengalir begitu saja diiringi canda dan tawa, seolah kedekatan mereka sudah lama sekali terjadi. Padahal baru juga kenal beberapa minggu yang lalu.
"Eh, iya. Berhubung tadi teman gue telat, gue belum ngenalin dia secara resmi ke kalian. Kenalin nih, Senja. Teman dekat sekaligus teman kostan gue di Surabaya," intrupsi Regi di tengah obrolan.
Senyum manis Senja langsung menyapa. "Halo," katanya. Teman-teman Regi balik menyapa Senja dengan ramah.
"Hai, kakak cantik. Gue Gibran, yang paling ganteng," sapa cowok itu dengan narsis. Senja tersenyum geli mendengarnya.
"BUSET ADEM BANGET SENYUMNYA! GUA LANGSUNG DEG-DEGAN!" kata Gibran spontan. Senja menutup bibirnya, terkekeh malu. Ica yang kedapatan duduk di sebelah Gibran menoyor kepala cowok itu. Nggak tau malu banget emang nyepik anak orang.
"Hai, kak. Gue Trisha. Panggil Ica aja, gampangnya," kata cewek berwajah imut dengan poni depan andalannya. Senja berdehem, mengontrol diri. Lagi, ia hanya menanggapi dengan senyum. Senyum yang begitu menawan.
"Julian," singkat cowok berwajah datar ini. "Sebelah gue, Kinan. Pacar gue," lanjutnya.
"Halo, kak Senja," sapa Kinan manis.
"Nah, yang di depan lo ini namanya Yudhis," kata Regi menyingkat waktu. "Terus Soraya, kakaknya. Sebelahnya—"
"Yosefa, kak."
"Cecep mah dia," koreksi Yudhis. Soraya menahan tawa, membuat Cecep langsung memberikan tatapan tajamnya.
"Yang dua ini, lo udah kenal kan?" alih Regi menunjuk Fajar dan Jaya yang duduk bersebelahan.
Senja mengangguk. "Udah kok. Paling tau banget sih si Jaya. Sampe udah hafal wajah ini anak saking seringnya ngunjungin lo ke kostan hampir tiap bulan," beber Senja membuat seluruh pasang mata di meja itu menghujani Jaya dengan tatapan curiga. Yang ditatap hanya mengandalkan cengiran lebarnya, menampilkan ekspresi yang sangat polos.
"Pantes tiap awal bulan selalu ngilang dari kostan," sarkas Julian.
"Selalu nitip absen," tambah Fajar.
"Parahnya lagi. Gua yang disuruh kerjain tugas mentang-mentang gua adek tingkat dia," Gibran sengaja melebih-lebihkan demi mencari pembelaan. Tetapi Regi dengan santainya menanggapi, "Biarin aja. IP jelek juga dia bodo amatan." Seakan ucapan Regi ini menunjukkan rasa muaknya. Habis Jaya kalau dikasih tahu batu banget.
"Eh, eh kakak-kakak semuanya. Kalian nyadar nggak?" Soraya tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. "Kak Fajar sama kak Senja kan baru ketemu ya."
Fajar dan Senja berhenti mengunyah. Alis mereka terangkat sebelah menatap Soraya yang sejak tadi memerhatikan.
"Nah, terus, jodoh apa gimana sih, sama-sama pake denim? Atau kalian udah kenal lama, terus janjian pakenya ya?"
Fajar dan Senja mengernyit bingung. Untuk beberapa saat mereka saling tatap sebelum akhirnya beralih memerhatikan busana yang mereka kenakan memang sama.
Sontak Fajar tersedak. Ia langsung mengambil minuman, tetapi tangannya tidak sengaja menyenggol gelas Jaya hingga akhirnya tumpah ruah di meja. Fajar mengutuk dirinya karena sudah menimbulkan kekacauan kecil. Dan lihatlah dia, terlihat begitu bodoh. Teman-temannya tak ada yang membantu. Justru mereka bersiul menggoda.
Sial. Fajar ingin lenyap saja dari sini.
a/n : greget kan kalian sama tingkahnya fajar🌚 dia kayaknya harus berguru banget sama ajay wkwkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja
FanfictionSemesta selalu memiliki banyak cara yang terkesan misterius untuk menyatukan dua langit yang berbeda.