"Makasih ya, kak Asa," ucap Senja setelah turun dari motor cowok bermata belo dan senyumnya yang adem itu seraya menyerahkan helm kepadanya. Angkasa Cakrawala, nama lengkapnya. Tetapi Senja memanggilnya dengan kak Asa.
"Kalau mau pulang, hubungi aja kakak nggak apa-apa kok. Sekalian nanti bisa gereja bareng kan?" ujar Angkasa seraya menaruh helm berwarna cokelat di gantungan jok depan motornya.
"Oke deh. Nanti Senja kabari aja kak Asa."
"Pergi dulu ya. Have fun, sunset! Take your time with your bestie."
Sebelum Angkasa melajukan motornya, Angkasa mengusap kepala Senja. Terlihat seperti kakak yang begitu menyayangi adiknya. Senja hanya bisa tersenyum lebar seraya melambaikan tangan kala Angkasa sudah pergi dan menghilang dari pandangannya.
Senja berbalik, menekan bel di dinding. Tidak berapa lama kemudian keluarlah seorang wanita paruh baya dengan daster batiknya dan tersampir sebuah lap di pundaknya, khas penampilan asisten rumah tangga (ART). Bi Suti, namanya. ART di kediaman keluarga Wibisono.
"Iki Non Senja yo? Koncone non Gigi?"
Senja mengangguk-angguk saja. Pasalnya ia tidak mengerti apa yang bi Suti katakan barusan dengan logat jawa yang sangat kental.
"Monggo, mba yu. Non Gigi wes nunggu di dalem."
Senja segera memasuki pekarangan rumah Regi yang cukup luas. Ia berhenti di depan pintu. Kurang sopan rasanya langsung masuk begitu saja sementara bi Suti masih di belakang sedang mengunci kembali pagar rumah.
"Lho? Kok di sini, non? Wes masuk ae. Ora opo-opo," ujar bi Suti begitu menghampiri Senja di depan pintu. "Silakan, non."
Senja mengangguk, "Terima kasih, bi."
Bi Suti menuntun Senja ke kamar Regi di lantai 2. Wanita itu mengetuk pintu, mengatakan pada Regi jika temannya sudah datang.
Regi membuka pintu kamarnya. Dengan piyama kotak-kotak dan bandi kelinci di kepalanya, menandakan kalau Regi belum mandi. Padahal sudah jam 11 siang.
"Masuk, Nja. Anggap aja kamar sendiri hehe. Sorry ya. Gue belum mandi. Habis ini mandi kok. Beneran."
Senja geleng-geleng kepala. "Terserah lo deh," sambil berlalu masuk ke dalam kamar Regi yang cukup rapi dan serba warna kuning, warna kesukaannya.
"Tadi sama siapa ke sini?"
"Sama temen kakak gue. Kak Asa yang gue ceritain ke elo itu."
Regi mengangguk-angguk. Kemudian mengernyit heran. "Lho? Nggak jadi sama Fajar?"
Senja menggeleng. "Enggak. Habisnya gue udah terlanjur iyain kak Asa."
"Hmmm padahal waktu Ajay ngechat Fajar, dia mau tau, Nja, nganterin lo."
Senja menghela napas berat. "Iya, gue tau. Makanya gue nggak enak sama dia. Udah niat baik gitu kan?" Senja lalu naik ke tempat tidur, ia mengambil boneka larva kuning milik Regi dan dipeluknya. "Kira-kira dia marah nggak ya sama gue, Gi?"
Regi yang ditanya hanya mengendikkan bahu. Senja berdecak jengkel. Rugi bertanya.
"Tapi menurut gue sih. Fajar bukan tipe yang gampang marah gitu. Paling juga kecewa. Mungkin..."
"Gitu ya?" Seolah Senja meragukan pendapat sahabatnya ini, tapi juga kepikiran.
"Who knows?" Regi tersenyum miring. "Kenapa? Lo pasti kepikiran ya?"
Dengan polosnya Senja mengiyakan. Bibirnya menekuk ke bawah. "Jadi gimana dong?"
"Ya nggak usah pikirin."
Senja melirik sebal. Ia melemparkan boneka larva itu ke Regi yang menertawainya.
"Heran gue kenapa Jaya cinta banget sama modelan cewek kayak lo, Gi. Nyebelin!"
Regi berdecih. "Iri saja, jomblowati satu ini."
Sejurus kemudian Regi langsung berlari ngacir ke kamar mandi di saat Senja bersiap akan melemparkan boneka lagi ke wajahnya.
Sambil menunggu Regi selesai mandi, Senja membuka kembali ruang obrolannya dengan Fajar semalam. Tanpa sadar ibu jarinya bergerak ke atas, membuka foto profil yang Fajar pajang lalu ditatapnya lama.
Entah apa yang Senja pikirkan, ia mengetik pesan ke Fajar.
Matahari Senja
a beautiful sunseta/n: HIYAAAAAA KAK ANGKASA AKHIRNYA DEBUT DI CERITA INI. SIAPA VISUALNYA?
Do Kyungsoo as Angkasa Cakrawala
Welcome to adem adem club. Fajar, Senja dan Angkasa🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja
FanfictionSemesta selalu memiliki banyak cara yang terkesan misterius untuk menyatukan dua langit yang berbeda.