16. Puncak [2]

816 196 18
                                    

Jangan tanya bagaimana suasana di dalam setiap mobil, karena sudah pasti yang paling berisik berkumpul semua di mobil Soraya yang dari awal berangkat sampai kini terjebak macet namun tidak begitu parah, mereka tetap saja heboh sambil menyanyi sesekali. Mana lagu yang diputar tidak ada yang benar. Dangdut koplo semua. Rekomendasi dari Gibran sama Yudhis yang diam-diam menyimpannya dalam memori ponsel mereka.

Berbeda cerita di dalam mobil yang Jaya dan Julian kendarai. Justru dijadikan momen intens berduaan entah itu mengobrol sambil suap-suapan cemilan atau kontak fisik seperti pegangan tangan terlepas nanti setelah tiba di vila milik keluarga Jaya, mereka tidak bisa menikmati waktu seperti itu. Oh, hampir saja lupa! Di bangku belakang mobil Julian, ada Cecep dan Joana yang pulas tertidur. Makanya Julian sama Kinan bisa menghabiskan waktu berduaan tanpa ada yang mengganggu.

Sedangkan di mobil yang Fajar kendarai sunyi senyap. Ica dan Zaza sudah terlelap setengah jam yang lalu setelah mereka kehabisan bahan gosip untuk dibahas. Meninggalkan Fajar dan Senja yang diam-diaman ditemani suara musik dari radio tape. Fajar bukannya tidak berinisiatif untuk mengajak Senja mengobrol. Ia mau, tapi bingung memulainya dengan membahas obrolan seperti apa.

"Saya boleh ganti lagunya nggak?"

Fajar tersentak. Seketika salah tingkah melirik Senja yang memelas padanya. Seolah tersihir—padahal Senja tidak melakukan apapun—Fajar mengangguk cepat mengiyakan.

"Terima kasih!" kata Senja riang. Segera menancapkan flashdisknya ke radio tape mobil Fajar. Beberapa saat kemudian alunan gitar pada intro sebuah lagu yang sangat Fajar sukai terputar.

"Ini kan lagunya The Paper Kites? Bloom kan?"

Senja mengangguk. "Iya! Kok kamu tau?" tanya Senja balik.

"Soalnya saya suka sama lagu ini. Sejak awal dirilis."

"Oh ya?" Senja jadi antusias. Ia mengubah posisi duduknya menghadap ke Fajar yang fokus menyetir. "Tau nggak? Saya juga suka lagu ini! Suka banget! Jarang banget lho saya nemu cowok yang tau sama The Paper Kites. Bahkan kak Asa aja nggak tau."

Fajar mengernyit. Rasa penasaran menggelitik Fajar pada sosok yang barusan Senja sebut.

Asa? Siapa dia?

"Ternyata kita seklasik itu ya, menyukai genre folk kayak gini," lanjut Senja kembali.

Lamunan Fajar buyar. Tergantikan dengan kuluman senyum di bibirnya. "Berarti kamu sudah dengarkan lagunya satu album?"

"Udah dong! Tapi lagu ini sih yang jadi favorit. Tahun 2011 nggak sih, lagunya?"

"Iya. Waktu kita SMA. Dan pada saat itu jarang yang dengarkan lagu ini. Boomingnya baru sekarang-sekarang aja. Padahal sudah dari kapan tau lagu ini ada."

"Iya, sih. Termasuk saya salah satunya. Suka Bloom baru setahun belakangan ini. Habis, lagunya bagus banget sih. Arti liriknya juga. Sweet parah!"

Tidak berapa lama setelah Senja mengatakannya, bagian reff lagu terputar. Sontak Fajar dan Senja langsung menyanyikannya bersamaan.

"Can i be close to you—Eh?"

Beberapa detik mereka terdiam sebelum akhirnya tawa malu memunculkan semburat merah di wajah.

Can I take it to a morning
Where the fields are painted gold
And the trees are filled with memories
Of the feelings never told?








Can I take it to a morningWhere the fields are painted goldAnd the trees are filled with memoriesOf the feelings never told?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n : GAK USAH SENYUM SENYUM KALIAN GAK USAH😭

Btw lagunya the paper kites bloom ini cocok sekali dengan fajar dan senja yang mau mulai pendekatan ehe. Wajib masuk ke playlist lagu kalian yah😉

Fajar & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang