"Terima kasih ya atas tumpangan gratisnya," kata gadis itu usai turun dari motor Fajar lalu mengeratkan kantong belanjaannya di tangan. "Sebenarnya nggak perlu repot-repot kok nganterin saya. Toh, jaraknya juga deket."
Fajar tersenyum tipis. "Kamu tahu, orang-orang tua jaman dulu bilang perempuan pulang sendirian itu tidak baik?"
Alasan klise Fajar cukup membuat gadis itu tertawa renyah. Masih dengan senyuman tipis, Fajar menatap lurus ke gadis itu sampai tawanya sudah berhenti. Ia berdehem mengusir kegugupannya.
"Terima kasih, bukunya. Selamat malam."
"Selamat malam."
Gadis itu melambai dengan senyum canggung sebelum akhirnya membuka pagar dan berlari masuk ke dalam rumah. Fajar terkekeh geli. Cara gadis itu berlari tidak jauh berbeda dengan lari anak kecil. Belum lagi postur tubuhnya yang mungil—sangat mendukung sekali, Fajar merasa gemas.
"The cutest girl i've ever met in my life. Sorry, Michelle. Posisi gemasnya kamu udah uncle ganti dengan aunty mungil."
Fajar kemudian menyalakan mesin motor dan melajukannya ke jalan raya. Sepanjang jalan pulang, ia tersenyum sumringah.
Sesampainya di rumah, Fajar langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamarnya yang temaram dari bawah lampu teras balkon. Senyumnya masih terukir diiringi senandung yang keluar dari bibirnya. Persis orang yang dilanda jatuh cinta. Iya, jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Sebentar," senyum Fajar tiba-tiba lenyap. Ia duduk tegak, sambil melipat tangan di dada. "Kenapa tadi gua nggak nanyain nama dia? Tapi di buku diarynya ada nama. Kalau nggak salah..." Fajar terdiam sejenak. Mengingat sebuah nama yang tertera di sudut kanan atas buku bersampul oren itu.
"Matahari... Sen... ja...?" ucap Fajar ragu-ragu. "Nama yang unik, tapi gua rasa bukan itu namanya."
Seberapa keras usaha Fajar menolak, nama itu tetap mengusik ke dalam pikirannya. Fajar merasa pertemuannya dengan gadis itu dan nama yang belum pasti benar, bukanlah kebetulan semata. Dan ia bertanya-tanya, yang sampai kini belum menemukan jawaban yang tepat. Hanya karena sebuah nama, mengapa rasanya terhubung sekali dengan Fajar Langit?
a/n : sebelum buka puasa guys. bacalah yang manis manis biar bukanya pake teh tawar aja🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja
FanfictionSemesta selalu memiliki banyak cara yang terkesan misterius untuk menyatukan dua langit yang berbeda.