Chapter 10

1.4K 121 15
                                    

"Dia pria yang tak ingin ku lihat, datang kembali"

Tenang.

Saat ini raya tengah menikmati secangkir coklat panas di Caffe Latte. Mungkin secangkir coklat tidak cukup untuk menganjal perut nya yang lapar, karna raya belum sarapan atau pun makan siang.

Tapi, secangkir coklat panas mampu membuatnya tenang dan rileks. Otak nya begitu ruwet saat ini. Memikirkan masalahnya dengan mondy, pria itu terlalu memaksakan kehendak. Dan raya tidak bisa berbuat apa apa..

Raya terlalu bergantung pada mondy, lebih tepat nya perasaannya terlalu bergantung pada mondy.

"Hey nona?"

Ketika sedang berfikir keras, suara pamilar kemarin mengusik gendang telinganya.

Dengan secepat kilat raya menoleh kebelakang, dan mendapati pria manis kemarin tengah tersenyum lembut padanya.

Raya hanya bisa mendengus kesal, andra lagi? Baru saja raya terlepas dari mondy, sekarang ia harus bertemu dan berhadapan dengan andra.

Apa dunia sesempit ini untuk raya?

"Bagimana hari mu baik?" Tanya andra setelah sampai di posisi tempat duduk raya.

"Buruk" jawab raya ketus

"Aku tidak melihat kau pergi membeli nasi uduk bu ida?"

Raya menatap andra kaget, bagimana andra bisa tau. Raya sering membeli nasi uduk bu ida setiap paginya.

"Ka..u" ucap raya terbata bata.

"Iya, jujur aku sering memperhatikan mu. Setiap kali kau lewat untuk pergi ke warung nasi uduk bu ida, dengan rambut  acak acakan. Baju yang seadaanya, seperti yang kau pakai sekarang."

Andra menunjuk penampilan raya dengan dagunya.

"Mampu menjadi pusat perhatian orang orang" lanjut andra lagi.

Raya segera melihat penampilannya, ia begitu syok. Raya belum mandi, dan jangan di tanya lagi. Baju yang ia pakai. Astagaaa, jika mondy tau, dia akan sangat marah.

Kaos oblong putih yang lumayan tipis, siapa saja yang melihat akan tau apa isi di dalamnya.

Dengan hot pants hitam sepangkal paha, rambut di kuncir asal. Di tambah dengan wajah tanpa make up.

Raya semakin syok di buatnya,
"Aku harus segera pergi" raya sangat sangat begitu malu, di hari yang sudah siang ini raya belum sama sekali mandi. Pasti orang orang memikirnya pemalas dan itu gara gara mondy.


Raya ingin segera pergi dari caffe ini, ia tidak ingin  di pandang tambah tak baik oleh pengunjung.

Raya merogoh saku celana hots pants nya, raya ingin membayar coklat panas yang ia minum. Tapi naas raya tak menemukan uangnya. Raya lupa membawa uang cas atupun dompet, ia terlalu kesal pada mondy.

Raya panik, andra masih memperhatikannya sembari tersenyum. Masa bodo dengan penampilannya, ia harus berfikir bagaimana cara membayar coklat panas ini.

"Tidak bawa dompet?" Tebak andra, tapi. Tebakan itu benar, andra bisa melihat wajah panik dan malu raya.

Raya hanya mengangguk lemah, dan menunduk.

Wanita Simpanan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang