Chapter 23

924 123 10
                                    

Happy reading..

"Yang sekarang ku ketahui darinya, dia pria rapuh yang mencoba tegar dengan ke adaannya"










Saat ini siang menjelang sore, raya tengah mengajari andra di taman belakan caffe latte milik andra. Taman ini lumayan luas, dan suasana cukup menenangkan..

Raya sedang menuntun andra jalan dengan berada tepat di hadapan andra, sembari memegang ke dua pergelangan tangan andra, dan dengan perlahan menuntun andra jalan.

Memang jalan nya tidak sesempurna ketika pria itu sehat dulu, andra berkali kali jatuh ke rumput dengan lutut yang menumpu seperti memohon di hadapan raya, dan raya dengan erat memegang ke dua pergelangan tangan andra.

Bruk...

Awsssss

"Ayolah, lebih semangat lagi. Aku yakin kau akan kembali bisa berjalan" ucap raya memberi semangat pada andra, saat untuk yang ke puluhan kalinya ia jatuh.

"Sudah lah raya, aku akan lumpuh total. Kau tau? Aku kalah dari anak kecil" gumam andra pelan, andra sudah lelah harus berjatuh berkali kali, dan merasakan sakit pada kakinya ketika jatuh walau pun kererumputan.

"Jangan begitu, kau harus bersabar. Ini ujian untuk mu dari tuhan" bijak raya.

"Ini bukan ujian, tapi ini takdir" sela andra cepat.

Raya bisa melihat andra begitu frustasi, pria di hadapannya begitu rapuh. Andra butuh penyanggah, andra butuh seseorang untuk memberikannya support, dan andra butuh seseorang yang mendapinginya kelak..
























"Kau punya kekasih?" Tanya raya pada andra.

Saat ini mereka berdua tengah duduk di rerumputan taman, sembari menghadap matahari yang akan berpulang ke peraduannya, menampilkan warna jingga yang begitu indah.

Andra hanya diam saat menerima pertanyaan yang menurutnya konyol.

"Untuk apa kau bertanya?" Andra malah bertanya balik.

"Tidak, jika kau tidak memiliki kekasih aku akan mencarikan nya untuk mu" saran raya, sembari mataya fokus ke arah langit yang berwarna jingga.

"Kekasih? Untuk apa? Aku tidak perlu memilikinya, sendiri itu lebih menyenangkan.  Bebas tanpa memikirkan kecerewetan seorang permpuan" jawab andra enteng.

Memang untuk saat ini, ia malas mencari seorang kekasih.  Bukan tidak ada yang mau dengannya, tapi andra masih ingin sendiri.

Tapi, bukan hanya itu alasan sematanya. Tapi, karna Raya Mellodya  andra enggan melirik wanita lain. Hati dan perasaannya sudah tergembok oleh seorang wanita yang tengah duduk disampingnya saat ini.

Dan andra pun tidak berharap perasaannya akan dibalas oleh raya, andra tau raya sudah memiliki kekasih. Dan ia pun sangat tau, kekasih raya adalah 'kakak' nya sendiri, Mondy Farello.

Raya hanya diam mendengar jawaban  andra yang terkesan enteng dan terdengar keras kepala itu, dan jawaban itu sukses membuat raya mengingat seseorang. Mondy? Iya raya mengingat mondy, pria itu tak sama sekali mengabari nya untuk seharian ini. Kemana dia? Sedang apa? Itulah pertanyaan dibenak raya, saat ia merogoh dan melihat ponselnya dan di dapati tak ada notif, pesan atau panggilan dari kekasihnya.

Wanita Simpanan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang