Chapter 25

898 75 7
                                    

Dengan langkah malas raya menuju pintu depan apartemen, dengan keadaan yang semraut.

Saat membuka pintu, tak ada seseorang disana. "Mungkin orang iseng" Gumam raya, dan kemudian berbalik kembali untuk masuk. Tapi, tiba tiba netra jernihnya menyadari ada amplop putih di depan pintu depan apartemennya.

Dengan segera raya mengambil dan membawanya kembali masuk ke dalam apartemen.

Karna penasaran, dengan segera raya membuka amplop putih yang ia pegang. Saat raya mengetahui isinya, betapa terkejutnya raya dengan isi di dalamnya.

Sebuah foto mondy, yang tampak begitu rapuh, meninju cermin besar dan banyak darah di punggung tangannya.

Hati raya tiba tiba teriris tipis, saat melihat foto itu kembali. Ia tidak sanggup  melihat mondy terluka separah itu, apa lagi karna nya.

'Jauhi mondy, atau aku bisa melakukannya lebih parah dari ini'

Mulut raya menganga sempurna saat membaca tulisan singkat yang menurutnya keramat ini, dan tiba tiba  saja sebuah keputusan datang padanya dan ia harus seperti apa sekarang.

Dengan segera raya berlari masuk ke kamar, meraih ponsel nya dan menghubungi seseorang.

'Apa keputusan mu'

Suara tegas rama menyambut raya di sebrang sana, raya diam sejenak. Ia harus memikirkan resiko atas keputusan yang ia ambil.

"Aku akan menjauhi mondy, dan melupakan mondy. Tapi ku mohon biarkan semuanya seperti semula"

"Tanpa kau suruh, aku akan melakukannya."

Bip..

Panggilan terputus, tubuh raya merosot ke lantai marmer apartemem. Terduduk sembari memeluk tubuhnya sendiri, tangisan pilu tidak cukup meluapkan segala sedih, kecewa, amarah, yang sekarang tengah melandanya.

Kenapa takdir begitu kejam padanya, memisahkan mondy dengan nya dengan cara seperti ini.

Penuh dengan air mata dan luka, raya tak tau akan seperti apa lagi hidup nya sekarang tanpa mondy.

"Mondyyyyyyyyyyyyyyy!" Teriak raya keras keras,










******

"Kemana raya? Apa tidak ada tanda tanda ia muncul?" Tanya andra pada bayu.

Bayu hanya menggeleng, hari sudah siang dan raya tidak datang ke rumah nya.

"Kau selalu membuat ku cemas raya!" Lirih andra, saat sudah berkali kali ia menghubungi wanita polos itu. Tapi tak ada satu  panggilan pun dari andra yang ia jawab.

"Apa perlu aku mendatangi ke apartemen nya" saran bayu.

"Tidak perlu bay, mungkin sebentar lagi ia akan datang."

"Raya!" Ucap andra dan bayu berbarengan.

Dan saat itu juga wanita itu raya datang dengan penampilang yang mengenaskan, penampilan acak acakan, jejak air mata di pipinya yang cukup banyak, mata sembab hidung mancung yang mungil memerah, dan yang paling parah raya tampak begitu frustasi.

"Kau ini kenapa? Cerita pada ku" geram andra kesal, saat hanya mendengar raya menangis tersedu sedu. Dan menghabiskan ber pack pack tissue nya, mereka hanya berdua sekarang. Bayu sudah kembali ke caffe latte, dan hanya tersisa raya dan andra.

Sedari tadi raya hanya menangis, dan jika andra bertanya ada apa dengan raya. Wanita itu hanya menggeleng, sembari mengeraskan volume tangisannya.

Andra mengacak rambutnya gusar, ia bukan cenayang yang bisa menebak keadaan dan peristiwa apa yang terjadi pada raya.

Wanita Simpanan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang