chapter 16

1.2K 116 10
                                    

"Aku bisa tanpa mu, dan seharus nya kau juga bisa tanpa ku"
_raya Mellodya_

Semuanya sudah terjadi, jadi tidak mungkin disesali lagi. Kejadian dua hari lalu di caffe latte milik andra, masih raya ingat. Raya belum bisa melupakannya, butuh waktu lama untuk melupakannya.

Dua hari juga mondy dengan intens menghubunginya, entah lewat aplikasi whatsaap atau pun via telpon dan juga sms. Bahkan sudah dua hari mondy mengirimkan raya sebuket bunga liliy dan juga surat ucapan maaf pria itu.

Mondy mengirimkan nya bunga dan surat seperti raya harus meminum obat, tiga kali sehari. Pagi, siang dan malam menjelang tidur. Pasti, bunga itu akan datang tepat waktu pada waktunya.

Seperti sekarang, raya tengah memegang sebuket bunga liliy di pagi hari dengan berisikan rangkaian kata kata maaf yang mondy tulis sendiri.

"Maafkan aku raya, rangakian kata maaf tak mungkin bisa ku hentikan sebelum kau mau memaafkan ku. Aku hanya pria bodoh, yang hanya bisa menyakiti mu, dan meminta maaf jika melakukan salah. Dan dengan besar hati kau memaafkan ku begitu saja.
Aku mencintai mu❤

Salam,
Mondy Farello.


Raya hanya membaca dan menyimpan bunga liliy di nakas pinggir tempat tidurnya, sudah banyak bunga liliy yang menumpuk di sana dan itu semua bunga pemberian mondy.

Saat ini raya sudah bersiap untuk bekerja di caffe latte milik andra, raya harus bertanggung jawab dengan perjanjian kemarin dan tentunya dengan kerusuhan yang mondy buat di caffe latte andra.

Karna saat kejadian memalukan yang mondy buat, raya tidak masuk untuk kerja selama dua hari. Dan sekarang waktunya, untuk memulai semuanya. Lagi pula, ia bosan jika harus mengurung diri di apartemen dan harus berlarut larut dalam kesedihannya.

Pakaiannya sudah rapih, raya berharap ke jadian memalukan itu tidak akan terulang lagi.

"Raya!"

Saat membuka pintu depan apartemen, raya sudah di sambut oleh pria yang tidak ingin dilihatnya. Pria yang sudah memepermalukannya, pria yang sudah membuatnya kecewa untuk waktu yang tak terhitung berapa kalinya.

Raya hanya diam, menampilkan wajah datar tanpa ekspresi menatap lurus kedepan, raya masih muak jika harus menatap mondy, pria arrogant yang tengah berdiri di depannya, dengan tampang melas dan raut kesedihan. Dan bodohnya ia malah mencintai pria itu.

Mondy meraih dua pergelangan tangan raya untuk ia pegang dan untuk ia genggam, berusaha membujuk dan mendapat kan maaf dari wanitanya.

"Jangan membuat ku sulit ray, aku bingung harus dengan cara apa lagi meminta maaf pada mu. Kau tidak menghubungi ku selama dua hari dan tidak mau membalas surat ku ray" lirih mondy, mata nya menatap raya sendu.

Tapi sayang, wanita yang di tatapnya memalingkan muka ke arah lain.

"Aku mempersulit mu?" Tanya raya, dengan nada yang saraf akan kebencian dan kekecewaan, raya menghempaskan tangan mondy yang menggenggam pergelangan tangannya. Terlalu muak jika mondy menggenggam pergelangan tangannya.

Mondy masih diam, mondy tau raya sedang di landa emosi yang besar. Dan memang mondy lah yang membuat raya seperti ini, wajah saja jika wanita itu marah padanya.

Wanita Simpanan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang