2

284 8 4
                                    

Aku melanjutkan menutup mataku. Laki-laki ini memakai seragam yang sama denganku. Untuk menyamarkan wajah yang mungkin dikenali, aku mengurai rambutku sampai ke depan wajah.

Lalu mulai tertidur.

"Nona, kau turun di halte mana?"

Aku sedikit berdecak ketika laki-laki itu menepuk pundakku. Bahkan aku belum tertidur sepenuhnya dan itu membuatku amat kesal.

Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya. Lalu melihat ke arah jendela.

"Kupikir aku bisa membangunkanmu ketika sampai."

Jawabannya membuatku malas. Itu tidak perlu juga. Dia terlalu... Ah, intinya aku tidak suka.

Aku berdiri dan menundukkan sedikit kepala kearahnya. Lalu melangkah turun dari bis karena disinilah tujuanku. Memang tidak terlalu jauh dari sekolah. Tapi tetap saja aku tidak bisa jalan kaki.

Disinilah aku bertahan hidup dan mencari uang. Di sebuah toko roti dengan lima buah kamar di lantai dua. Toko ini tentunya bukan milikku, ini punya seorang wanita tua baik hati yang membuka rumah besarnya untuk dijadikan sewaan kamar.

Aku tinggal dan makan disini. Sebagai balasannya, aku menjadi karyawan di toko rotinya yang hampir selalu ramai ketika pagi maupun jam makan malam. Ketika malam, sebagian besar orang-orang memesan tart ulang tahun untuk esok harinya.

Mengapa aku berada di wilayah asing? Di tempat wanita tua yang bahkan sampai sekarang aku tak tahu siapa namanya? Semua ini hanya masalah masa lalu yang sama sekali tak ingin kuingat.

The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang