Buku tentang olahraga latihan fisik terbuka di hadapanku. Akademi militer bukan sesuatu yang sulit, menurutku. Dengan fisik macam mesin begini, aku pasti melewatkan seleksinya dengan mudah.
Yang kupikirkan, nenek berkata seolah-olah ia akan mengucapkan salam terakhir padaku. Membuatku semakin bingung juga sedih. Ini bukan pertanda baik.
Tae Hyung duduk di hadapanku. Aku kesal. Menutupi wajah dengan buku tersebut dan mulai membacanya sampai hapal.
"Ji Young."
Aku bergeming.
"Ji Young."
Apaan cecunguk ini memanggilku terus?
"Ji Young."
Aku bangkit dari kursi dan langsung pindah tempat. Aku tahu aku kasar. Tapi ia sungguh menggangguku. Membuatku tidak nyaman dan tidak aman. Aku seperti di intimidasi.
"Aku ingin makan mie denganmu." tiba-tiba Tae Hyung muncul dari belakangku. "Cuaca cukup dingin. Kamu yakin tidak mau mie panas?"
Aku juga lapar. Jadi kuiyakan saja ajakannya. Malas jual mahal.
"Kau ingin kuliah dimana?" tanya Tae Hyung setelah membawakanku mie. "Aku ingin kita satu kampus."
Aku mengangguk.
"Dimana?" Tae Hyung mengulangi pertanyaannya. Membuatku memutar mata karena malas.
"Militer." jawabku pendek. Aku tahu ia nyaris tersedak. Kubiarkan saja dia.
"Seorang wanita gemulai cantik macam kamu. Kurasa tidak cocok, Ji Young. Kau tidak ada kesan bela diri sama sekali. Kau tidak ada aura preman macam Na Rae yang suka main tinju. Kusarankan kau bekerja di kantoran supaya terlihat elit dan keren." Tae Hyung terbahak.
Aku tersenyum miring sambil mengaduk mieku.
Anak ini meremehkanku ternyata. Perlu diberi pelajaran sedikit agar bodohnya tidak kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |
FanficAku merasa baik-baik saja sampai akhirnya aku merasa cemas. Aku merasa aman saat aku tidak bergaul dengan teman-teman yang lain. Namun seorang ingin mendekatiku dan itu membuat aku merasa gila.