5

89 3 8
                                    

"Seorang laki-laki menyatakan kalau ia menyukaimu?" nenek mengulang ucapanku barusan dengan nada yang sedikit lebih tinggi. "Lalu apa yang kau katakan?"

"Aku menyuruhnya belajar."

Nenek menepuk dahinya. Lalu menggelengkan kepala.

"Itu salah, Ji Young. Kau harus menghargainya. Setidaknya bertanya apa yang ia sukai darimu. Atau jika ia memberimu sesuatu, terimalah. Ia mengorbankan banyak hal ketika bertemu dengan kamu." nenek berceramah. Membuatku malas.

"Sudahlah, nek. Aku harus belajar untuk ujian masuk kuliah." aku bangkit dan mengambil bekas makanan nenek lalu mencucinya.

Aku tahu nenek sedikit kesal namun ia juga senang. Tapi aku terlalu malas berkomentar. Jadi aku lanjutkan saja kegiatanku dan mulai naik ke kamar untuk belajar.

Ketika aku mulai membuka buku, teringatlah bunga yang Tae Hyung bawa dan perkataan nenek. Berarti menerima bunga pemberian Tae Hyung. Itu bukan hal sulit. Dari cerita yang kudengar dari teman-teman sekelasku, ketika laki-laki bersikap seperti itu jantung mereka akan berdebar-debar bahkan sampai esok harinya.

Aku mengerjapkan mata dan memegang nadiku. Degupnya biasa saja. Aku bisa merasakan bahwa jantungku normal dan tidak berdetak cepat seperti orang habis lari marathon.

Bahkan untuk orang sesempurna Kim Tae Hyung yang katanya anak konglomerat itu, degup jantung yang gugup itu sama sekali tidak ada. Sama sekali.

The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang