Plat mobil itu terekam jelas di otakku, dan aku lihat betapa kejamnya mobil itu menabrak tubuhku yang langsung terpental macam boneka hidup. Aku terpental jauh, dan aku keluar dari layar cctv.
Aku menyadari suatu keajaiban bisa masih terjaga. Bahkan luka dalam di kepalaku sampai aku bisa merasakan aliran darahnya terasa sedikit nyeri. Tapi tubuhku tidak ada yang patah. Hanya lebam sedikit di bagian pinggang dan tangan kanan.
Aku me rewind video itu dan melihat mobil hitam itu peyok di sisi kanannya setelah menabrakku. Jimin menatapku penuh tanda tanya. Seakan aku melakukan sesuatu yang menakjubkan.
"Kau ini sebenarnya apa?"
Aku diam kemudian menggeleng. "Aku korban. Bisakah aku minta perban lagi?"
Darahku merembes lewat perban dan harus segera diganti. Aku kehilangan banyak darah setahuku, dan aku harus ke rumah sakit karena aku mulai seperti akan jatuh.
Aku berjalan keluar ruangan, Jimin mengikutiku dari belakang.
"Kau mau kemana?"
Aku diam dan memakai sepatuku dengan sedikit kesulitan karena lebam yang nyeri. Jimin memegang tanganku dan aku langsung menepisnya.
"Aku butuh darah. Terima kasih sudah merawatku." ujarku datar dan membungkuk.
Aku tahu golongan darah Jimin adalah A. Dan aku juga begitu. Perasaanku dia akan menawarkan ia untuk melakukan transfusi padaku dengan dokter keluarga yang ia punya.
"Dokterku akan melakukannya untukmu."
Aku menurut. Nenek bilang aku sama sekali tidak boleh ke rumah sakit karena suatu alasan. Karena aku punya sesuatu hal yang tidak boleh diketahui oleh orang, apalagi dokter.
"Doktermu bisa dipercaya bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |
FanfictionAku merasa baik-baik saja sampai akhirnya aku merasa cemas. Aku merasa aman saat aku tidak bergaul dengan teman-teman yang lain. Namun seorang ingin mendekatiku dan itu membuat aku merasa gila.