Aku menatap Tae Hyung dengan sejuta pertanyaan. Dahiku berkerut tanda bingung dan tidak nyaman. Dari sebelah kiriku sekitar empat meter dibalik dinding kelas, kudengar kasak-kusuk tentang adik kelas yang membicarakanku dan Tae Hyung.
"Ayo, jadi pacarku.".
Aku tahu diri Tae Hyung gugup. Ia sedikit gemetar tertanda dari berapa kali ia menjilat bibir. Aku mendecak. Sedikit kesal karena pengakuan tiba-tibanya yang membuatku kehilangan waktu istirahat untuk belajar ilmu gravitasi yang harus
kuperdalam untuk robotku."Yasudah. Ayo."
Lalu aku pergi meninggalkan laki-laki dengan tatapan bingungnya. Aku menjumpai adik kelas yang mulutnya tak berhenti bicara tentang keburukanku. Masa bodo. Aku mau lewat.
Hatiku berdesir. Ya, aku ditakdirkan masih punya rasa meskipun fisik dan otakku sekuat beton. Aku tidak bisa menyalahi kodratku. Dan inilah aku, pacar baru Tae Hyung sekitar lima menit lalu. Dan rasanya aku ingin putus saja.
Ujian akhir tinggal seminggu. Aku resmi tidak jadi pelajar lagi dalam sebulan setelah hari ini. Yah, kuharap akademi militer yang diinginkan nenek mendukungku. Atau aku bisa lulus lebih cepat dan memilih teknik fisika, aku ingin jadi profesor.
Aku dan Tae Hyung.
"Ah!" aku bergumam. Rasanya aneh sekali. Aku bahkan tidak punya rasa suka sedikitpun terhadap laki-laki itu. Tapi aku sekarang merasa senang, marah, kesal, takut dan semuanya.
Kurasa, aku benar-benar harus menerima Tae Hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |
ספרות חובביםAku merasa baik-baik saja sampai akhirnya aku merasa cemas. Aku merasa aman saat aku tidak bergaul dengan teman-teman yang lain. Namun seorang ingin mendekatiku dan itu membuat aku merasa gila.