"Dimana perempuan ini pergi?!" suara menggelegar seorang wanita terdengar di seantero rumah saat menyadari kenyataan, bahwa kasur perawatan kosong. Selang infus darah tergeletak di kasur membuat semuanya menjadi merah segar.
Jimin beranjak berdiri. "Siapa yang kau cari?" dan ia menyadari bahwa perempuan itu hilang.
"Dimana dia?"
Sedangkan aku berlari sedikit tertatih dengan kaset rekaman cctv ku yang kuambil dari kantong jaket yang dipakai Jimin.
Aku tahu mereka akan melakukan sesuatu terhadapku. Setelah menyadari satu hal, aku mengambil kaset itu dan sepatuku. Lalo loncat dari gedung lantai lima dengan amat berhati-hati ke tempat pijakan lain. Hingga aku sampai ke bawah.
Kepalaku sakit. Kuakui aku belum pernah terluka sampai separah ini dan aku sadar bahwa aku butuh donor darah karena kurasa aku kehilangan banyak darah.
Aku akan pulang dan menghindari pertemuan dengan keluarga itu. Sejujurnya aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi nenek pernah bilang jika ada sesuatu yang janggal maka larilah. Itu yang aku rasakan sekarang.
Aku mulai lelah. Tampaknya meskipun aku orang yang kuat fisik dan mental, aku tetap tidak bisa melampaui kodrat bahwa aku manusia. Aku masih bisa merasa sakit yang sebelumnya tidak pernah aku alami. Manusia setengah mesin yang nyaris rusak.
Aku sampai dua puluh menit kemudian. Tidak lagi mencari nenek, aku langsung naik ke kamarku dan merebahkan diri. Aku butuh banyak tidur.
Otakku masih bekerja sempurna. Bahkan aku membayangkan robot anti pecah dengan kamera setelah aku mengalami insiden itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |
FanfictionAku merasa baik-baik saja sampai akhirnya aku merasa cemas. Aku merasa aman saat aku tidak bergaul dengan teman-teman yang lain. Namun seorang ingin mendekatiku dan itu membuat aku merasa gila.