Jimin mulai depresi di rumah sakit itu. Meskipun terapi yang ia jalani tidak buruk juga, tapi lingkungannya amat tidak mendukung. Disini semua orang sepenuhnya gila.
Ia sudah nyaris dua bulan mendekam disini. Ibunya tidak pernah mengunjunginya lagi semenjak pertama kali ia datang. Jimin mulai tidak tenang. Ketika ia akan mencoba kabur, ia tahu petugas rumah sakit akan mengejarnya dan membawa dia kembali.
Disini ia sendirian lagi. Seakan bisa merasakan, Jimin tahu bahwa ruangan sebelah kirinya kosong. Tidak ada yang berisik seperti yang ia sering dengar dari orang yang tinggal di ruangan sebelah kanan.
Kadang ia mengetuk dinding yang kanan untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Namun belum sepenuhnya sadar mungkin, orang itu tidak pernah membalas ketukan dinding dari Jimin.
Ia benci ibunya.
Sungguh.
Mengurung dirinya disini ide yang amat sangat buruk. Jimin yakin, dalam beberapa bulan kedepan Jimin akan benar-benar memburuk. Soal meskalin itu, tidak sepenuhnya benar.
Ia hanya memakai narkoba itu sekali. Lalu tidak lagi. Ia tak tahu apakah ibunya tahu atau tidak. Tapi sekarang Jimin sudah benar-benar sembuh dan ingin keluar.
Ia kemudian teringat perempuan yang ia tolong karena kecelakaan itu. Perempuan yang luka berat namun masih bisa jalan kemana-mana.
Jimin sungguh penasaran akan keberadaan perempuan itu. Suatu hari ketika ia keluar dari sini, ia akan menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Of Your Tears | Jimin Fanfiction |
FanfictionAku merasa baik-baik saja sampai akhirnya aku merasa cemas. Aku merasa aman saat aku tidak bergaul dengan teman-teman yang lain. Namun seorang ingin mendekatiku dan itu membuat aku merasa gila.