Ketahuan

21 3 0
                                    

Hari ini setelah pulang sekolah aku berjanji kepada Tsana untuk mampir ke rumahnya. Setidaknya untuk menghabiskan waktu hingga sore nanti. Peraturan asramaku menyebutkan bahwa waktu bebas adalah ketika sekolah di mulai hingga jam 3 sore. Jam 3 tepat nanti aku harus kembali karena banyak kegiatan di dalam sana.

Berhubung Tsana sudah merengek-rengek sejak dahulu kala, akhirnya kali ini aku mampir. Kita berjalan kaki menuju rumahnya karena jaraknya yang tidak jauh dari sekolah. Di sepanjang perjalanan semua orang terlihat bahagia. Cerocos Tsana yang tiada henti terdengar merdu di telingaku. Suara knalpot motor bagaikan paduan suara apik yang menenteramkan jiwa. Bahkan para bunga mawar di sepanjang jalan mengajak durinya untuk menyapaku. "Ah... indah sekali" gumamku sambil terus menebar senyum. Hingga sampailah kita di dalam rumah Tsana.

"Mei.."

"Mei?"

"Mei!"

"AMEIII!!" Aku langsung terkejut mendengar suara cempreng itu. Ku lihat Tsana sedang cemberut di hadapanku.

"Ada apa Tsana sayang?" Tanyaku dengan manis.

"Dih! Amit-amit! Merinding aku!" Balas Tsana bergidik dengan tingkahku.

"Kok gitu sih Tsan? Emang kamu gak mau aku sayang." Candaku semakin menggoda.

"Mei. Kamu habis kejelungup dimana sih?! Salah minum air comberan?" Tanya Tsana heran dengan tingkahku.

"Enak aja kamu bilang aku minum air comberan. Aku sudah habis baygon 3 bungkus!" Jawabku kembali normal.

"Kok masih hidup?"

"Ditolongin mermaidman sama barnicle boy!"

"Sekalian aja. Pujaaaa kerang ajaib!"

"Apaan sih. Garing!"

"Kacang dong. Lagian kamu ngapa sih, dari tadi kita jalan sampe sini kamu senyam senyum sendiri?"

"Ih siapa yang senyum-senyum sendiri?"

"Kamu. Hmmm. Kamu jujur aja deh. Kamu habis ketiban rejeki apa? Sampe gak bisa ngempet bahagia gitu?"

"Oh itu sih. Aku emang mau cerita ke kamu, tapi ini bukan berita besar sih cuma berita biasa aja."

"Iya. Iya. Apaan? Lama banget mau cerita aja."

"Akuuuuuuu jadian sama Bima!" Kataku pada Tsana dengan sedikit teriak.

"What?! Gini kamu bilang bukan berita besar?! Congratulation Beiiiiiib!" Seru Tsana, kemudian memelukku kegirangan.

"Iya. Makasih ya Tsan, udah selalu dukung aku. Aku masih gak nyangka ini nyata!" Ucapku sambil membalas pelukan Tsana, erat.

"Aku akui kali ini kamu memang hebat. Selangkah lebih maju dari aku. Yaudah kita duduk dulu. Habis ini kamu harus ceritain tuntas ke aku!" Pinta Tsana kemudian memasukkan tas dan sepatu ke kamarnya.

Siang itu ku habiskan semua kisahku dengan Bima di rumah Tsana. Sahabatku itu sangat tertarik dengan kami, dia pendengar yang baik. Sesekali ia juga mencandaiku. Sesekali aku juga balas menggodanya. Hari itu terasa begitu singkat dari hari-hari sebelumnya.

"Oh iya. Mbah kamu dimana Tsan?" Tanyaku tiba-tiba. Mengamati sekeliling rumah Tsana.

"Mbah lagi di sawah. Habis ini juga pulang." Jawab Tsana. Sahabatku itu sejak kecil hidup berdua dengan neneknya. Orang tuanya telah berpisah sejak ia masih bayi. Meski begitu kalian bisa lihat kan? Ia tumbuh menjadi gadis yang riang. Ia jarang sekali mengeluh, bahkan selalu enggan merepotkan orang lain. Yaa, walaupun kadang-kadang gesrek tapi dia gadis yang sangat baik. Mungkin karena itu aku nyaman berada di dekatnya.

IsyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang