Selamat datang kelas XI.
Aku dan Hima memutuskan untuk menjadi teman sebangku di bangku depan tepat meja guru lagi. Mungkin tempat itu sudah PW untuk kita berdua. Oh ya, selamat datang juga kelas penuh mantan. Kalian mungkin sudah tahu dari episode sebelumnya. Kelas ini mempersatukan mantan-mantanku dulu. Tidak berhenti disitu juga, ternyata selain aku ada satu lagi mantan Bima yang masuk kelas ini. Ada Kiki Amalia. Mantan Bima yang sempat menjadi pemicu pertengkaranku dulu dengannya. Tapi aku sudah tidak perduli, itu sudah berlalu.
"Mei, keluar yuk!" Ajak Hima padaku.
"Kemana?" Tanyaku polos.
"Ke teras, ke kantin, ke kopsis, atau dimana gitu pokoknya keluar. Aku bosen di kelas." Keluh Hima, karena kita memang masih belum akrab dengan suasana kelas ini.
"Yaudah ke teras aja. Aku males jalan jauh-jauh."
"Oke deh."
Kemudian Hima segera menuju teras. Aku berniat menyusulnya tapi badan seseorang tiba-tiba menghalangiku. Aku mendongakkan wajahku untuk melihat pemilik badan itu. Sontak saja aku menunduk kembali melihat Bima sedang menghadapku sekarang.
Aku langsung mencari celah jalan di sebelah kiri, tapi Bima juga bergeser ke arah yang sama. Aku pindah lagi ke arah kanan untuk melangkah, Bima juga bergeser ke arah yang sama sepertiku. Membuatku terus terhalangi oleh badannya. Aku mencoba sekali lagi namun hasilnya sama. Aku memang sedang gugup karena tengah berhadapan dengannya tapi kali ini aku mulai kesal.
"Bim minggir napa sih." Tegurku pada Bima masih dengan menunduk tak berani menatapnya.
"Nggak mau." Jawabnya singkat, namun cukup membuatku semakin gugup. Jantungku mulai berpacu cepat.
"Ah. Sial!" Batinku.
"Kamu kalau ngomong sama orang lihat mukanya dong." Timpal Bima sekali lagi. Kemudian aku mendongakkan wajahku berusaha keras menatap wajahnya.
"Udah? Minggir aku mau lewat." Tegasku mengumpulkan keberanian.
"...." Bima tidak merespon dan hanya menatapku.
"Gila! Jantungku mau copot! Astaga aku nggak bisa lagi!" Gerutuku dalam hati.
"Bim minggir!" Akhirnya aku menerobos dan sedikit mendorong tubuh Bima agar aku bisa melewatinya. Aku tidak mau terlihat salah tingkah di depannya. Aku meninggalkannya sendirian di kelas dan menuju teras menghampiri Hima.
"Him."
"Yailah lama amat."
"Iya maaf Hima. Tadi..." Aku ragu melanjutkan.
"Iya tahu kok."
"Tahu apaan?"
"Kamu lagi berduaan sama si Bima."
"Ih nggak gitu, Him."
"Udah gakpapa. Entah kenapa aku tuh masih suka kalau kalian bareng."
"Bukan itu yang terjadi, dia cuma iseng biasa." Aku pun menceritakan yang terjadi pada Hima.
"Oh gitu. Pantes daritadi temen kelas mau masuk pada balik nggak jadi."
"Ha? Siapa aja yang ngeliat aku tadi?"
"Noh ada si Iza, Kiki dkk." Jawab Hima sambil menunjuk keberadaan mereka yang tidak jauh dari teras.
"Aku makin bingung Him."
"Bingung kenapa?"
"Bima ngapain sih begitu? Aku kadang nggak bisa nebak dia maunya apa?"
"Mungkin dia masih suka kamu Mei."

KAMU SEDANG MEMBACA
Isyarat
RomanceKisah roman biasa. Kisah tentang seorang siswi SMA yang memiliki krisis percaya diri akut. Amei begitu tertutup akan tetapi ia berusaha terlihat normal seperti gadis seusianya. Apa yang terjadi ketika ia bertemu dengan seorang player kelas kakap yan...