Say "Hai" To Mandala.

14 3 0
                                    

Amei dan Hima pagi ini berangkat lebih pagi ke sekolah. Hari ini jadwal mereka untuk piket kelas. Sesampainya mereka di kelas, betapa terkejutnya Hima yang melihat Bima dan Je sedang duduk bersebelahan emm atau lebih tepatnya duduk berduaan di tengah kelas yang masih sepi. Hima tidak mengerti apa yang terjadi, ia langsung melirik Amei yang kini juga sedang melihat pemandangan yang membuat ia terkejut. Namun Amei terlihat biasa saja dan terus berjalan ke bangku mereka.

Tampak Bima yang cukup menegang melihat kedatangan Amei dan Hima secara tiba-tiba. Amei berusaha tidak menggubris apa yang ia dapati sekarang ini, kemarin ia sudah bertekad untuk membuang semua perasaannya. Sebenarnya bagi Amei ini tidak mudah tapi apa daya lagi, dia tidak mau semakin terlihat menyedihkan. Ia berusaha setenang mungkin kali ini.

Amei dan Hima mulai membersihkan kelas. Sedangkan Bima dan Je memilih untuk keluar kelas ketika menyadari kelas akan di piketi.

20 menit kemudian Amei dan Hima selesai menjalankan kewajiban piket mereka. Hima yang sedari tadi menahan tanya karena sahabatnya itu lebih memilih banyak diam, kini mulai meloloskan pertanyaan.

"Mei, mereka jadian?" Tanya Hima pelan.

"Iya." Jawab Amei singkat yang masih fokus menghapus papan tulis dengan tenang.

"Apa?!" Hima terlonjak kaget mendengar jawaban Amei.

"K..kamu gakpapa kan?" Tanya Hima pada Amei yang ia tahu beberapa waktu lalu masih dekat dengan Bima.

"Seperti yang kamu lihat." Jawab Amei dengan datar. Mencoba sesantai mungkin.

"...." Hima tak merespon. Kemudian ia kembali duduk ke bangkunya.

Beberapa menit berlalu Amei masih belum berhenti dengan kegiatan membersihkan kelas. Hima memperhatikan Amei yang sedari tadi tak mau berhenti, padahal kelas sudah sangat rapi dan bersih. Amei sesekali terlihat menyapu lagi, menata taplak meja, menata kursi terus berulang seperti itu. Hima yang mulai kesal melihat tingkahnya memutuskan untuk menegur.

"Udah. Ayo balik ke bangku." Ajak Hima sedikit dingin.

"Enggak. Aku masih mau ngerapiin ini." Jawab Amei keras kepala sambil memegangi keset yang tengah ia bersihkan. Hima yang melihat itu langsung menarik dan membuang keset itu jauh-jauh. Ia kemudian menarik lengan Amei.

"Kamu apa-apaan sih Him!" Bentak Amei marah.

"Kamu yang apa-apaan!" Balas bentak Hima.

"Aku lagi bersihi-"

"Kamu tahu, kamu sangat menyedihkan sekarang ini!" Potong Hima.

"....." Tidak ada respon dari Amei.

"Udah, ayo kita ke bangku sebelum banyak orang yang liat kita berantem nggak jelas begini." Ajak Hima sekali lagi. Ia menarik lengan Amei pelan. Kini Amei menuruti saja perintah sahabatnya itu.

Mereka berdua sudah duduk di bangku.

"Kamu boleh baik-baik saja, tapi kalau kamu tidak baik-baik saja aku bisa dengarkan." Ucap Hima pelan.

"...."

"Aku nggak mau lihat kamu menyiksa diri kamu kayak tadi. Yasudah kalau kamu nggak mau bicara hari ini juga nggakpapa, aku harap kamu bisa melalui ini dengan baik." Lanjut Hima.

"Aku ingin baik-baik saja Him. Doakan saja aku benar akan baik-baik saja." Jawab Amei serak dengan menundukkan wajahnya.

"Huft. Iya, sudahlah aku tidak akan membahas ini lagi hari ini. Kita sudahi saja." Balas Hima dengan mengelus pelan bahu Amei.

Amei hanya mengangguk.

***

Di jam istirahat, seperti biasa aku pergi membantu mbak Pipit di kopsis. Aku ingin lebih menyibukkan diri untuk menepis hal-hal negatif yang menghampiri.

IsyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang