Taraaa!!

27 4 1
                                    

Tanpa terasa sudah dua bulan aku duduk dibangku kelas x. Selama dua bulan ini aku sering menemui Tsana di kelasnya. Kita sudah terbiasa dengan sekolah ini. Ya seperti sudah jadi bagian dari hidup kami. Aku dan Tsana sering meluangkan waktu ketika istirahat, duduk di teras depan kelas x2 saling bertukar pikiran, berbagi cerita dan mendengarkan materi jenis-jenis cogan di kelas Tsana. Aku sudah terbiasa, malah aku merasa mengenal para cogan itu dengan baik tanpa harus berjabat tangan atau pun bertegur sapa. Semua karena cerita Tsana.

Kelihatannya tidak ada yang menarik bukan? Sebenarnya ada yang belum aku ceritakan. Dua minggu setelah masuk sekolah aku melihat Arya berjalan beriringan dengan gadis lain di sekolah ini. Arya adalah mantanku di SMP yang membuatku gagal move on akhir-akhir ini. Gimana mau move on coba? Ternyata dia satu sekolah denganku. Aku selama ini sudah sangat bertekad tidak akan menghubunginya ataupun membalas pesannya. Nyatanya aku malah satu sekolah. Oh Tuhan! pakai adegan jalan sama cewek lain lagi.

Akan tetapi Arya masih belum menyadari kehadiranku di sekolah ini. Hingga sampai pada terik matahari begitu menyengat yang membuatku haus dan pergi ke koperasi siswa.

"Mbak Pit, aku beli air mineralnya satu ya!" Kataku pada mbak Pipit, karyawati penjaga kopsis (koperasi siswa).

"Oke. 3 ribu!" Sahut karyawati itu sambil ku berikan uang senilai 3 ribu rupiah untuk menebus air mineral.

"Oke. Dah mbak Pit!" Pamitku padanya. Dua minggu ini aku cukup akrab dengan mbak Pipit, karena aku sering numpang tidur di kopsis.

Beberapa langkah aku keluar dari kopsis, tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang. Tempat gedung kelas x3 hingga x5 berada.

"Amei?" Suaranya tidak keras namun aku bisa mendengarnya. Aku pun refleks melihat ke sumber suara.

"Amei? Beneran? Hai!" Laki-laki itu melambaikan tangan dan menuju lebih dekat kehadapanku.

"Oh Ha.. hai!" Balasku gugup. Betapa terkejutnya aku, akhirnya mantanku, Arya menemukanku.

"Jadi... kita satu sekolah?" Tanya Arya kepadaku dengan sedikit gugup. Wajar karena sudah tidak pernah berkomunikasi seperti ini sejak kita putus. Aku pun merasa sangat canggung.

"Emm iya"

"Wah aku baru tahu. Kamu kelas apa?"

"x1"

"Oh pantas saja kita jarang ketemu, aku di x3 Mei"

"Oh"

"Bisa kita bicara sebentar? atau boleh aku main ke kelasmu?"

"Emm oke. Silahkan saja" Aku sangat kikuk, tapi apa boleh buat toh hanya mengobrol. Anggap saja teman biasa meski sebenarnya aku masih tidak bisa menganggapnya teman biasa. Entahlah, yang aku lakukan sekarang hanya menuntun Arya untuk duduk di teras depan kelasku.

"Kamu apa kabar?" Tanya Arya kepadaku. Lirih seperti biasanya.

"Aku baik" meski sama sekali tidak baik ketika kamu di depanku begini, gumamku dalam hati.

"Kamu masih pelit berbicara seperti biasanya. Kenapa..." Belum sampai pertanyaan itu keluar aku sudah memotongnya.

"Arya, please! Jangan bahas masa lalu" Potongku.

"Kenapa kamu mengira aku akan membahasnya?" Ia kembali bertanya sembari menyipitkan mata.

"Terus kamu tadi mau tanya apa?"

"Aku tidak ingin menanyakan tentang hubungan kita. Aku tadi mau bertanya kenapa pesanku tidak kamu balas?" Jelasnya. Ternyata aku salah sangka. Aku membuang muka dan menjawab ketus untuk menutupi rasa malu.

IsyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang