Seminggu aku menghilang dari Mandala. Beberapa teman menyampaikan kepadaku jika Mandala selalu menanyakanku kepada mereka. Aku tidak tahu bagaimana meredakan situasi ini. Aku ingin hibunganku dengan Mandala masih bertahan seperti biasa, tapi entah kenapa niatan serius Mandala selalu menghantui pikiranku. Aku merasa tidak nyaman, dan risih ketika mengingatnya. Aku ingin berusaha bertahan kali ini tapi ada apa denganku?!
Hari ini aku bertemu Tsana. Aku menceritakan semua yang terjadi pada Tsana. Tsana pun mulai paham dengan situasiku saat ini.
"Apa kamu mencintainya, beib?" Tanya Tsana. Pertanyaan itu membuatku berpikir keras.
"..."
"Kenapa kamu sulit menjawab?"
"Aku bingung Tsan. Aku merasa nggak mau melanjutkan pada jenjang seperti itu."
"Kamu tahu kan setiap orang yang mencintai pacarnya pasti akan bahagia di saat seperti ini. Apa kamu sudah tahu kenapa kamu nggak bisa? Lalu kenapa kamu ingin bertahan?"
"Apa maksudmu aku tidak mencintainya?"
"Sekarang aku tanya deh beib. Kenapa kamu pengen bertahan?"
"Itu karena.." aku berhenti sejenak.
"Karena... dia sangat mencintaiku." Lanjutku.
"Aku menanyakan tentangmu. Apa ada hal lain dalam dirimu yang akan mempertahankannya jika dia tidak mencintaimu?"
Aku menggeleng.
"Beib. Apa kamu sadar, kamu sudah menyiksa dirimu selama ini? Kenapa kamu memaksakan jika tidak pernah mencintainya sekalipun. Apa kamu tidak tahu itu akan sangat melukai hatinya nanti?"
"Tsan. Apakah seburuk itu?"
"Tentu saja. Seharusnya kamu jujur dengan dirimu sejak awal. Tindakan ini nggak benar. Bukannya aku menyuruhmu putus tapi melihat haubunganmu yang saling menyakiti begini, apa kamu yakin akan terus menjalaninya? Apalagi kamu hanya memilih kabur seperti ini."
"Aku sangat takut menyakiti perasaannya Tsan. Dia sangat baik."
"Aku tahu. Tapi bagaimana jika ia tahu bahwa kamu tidak membalas perasaannya. Apakah itu tidak kejam? Beib, berhenti kabur dari masalah ini. Kamu harus temui dia, katakan yang sebenarnya dan selesaikan masalah ini segera."
"Aku.."
"Jangan takut. Bukankah sudah begitu banyak masalah yang kamu hadapi. Jangan menyiksa dirimu lagi dengan begini."
"Baiklah aku akan coba."
***
Aku selesai mengemas tasku. Kini aku keluar dari kelas dan segera menuju gerbang. Ketika hampir sampai ke gerbang, suara seseorang lantang memanggil namaku.
"AMEI!" Semua orang reflek melihat ke arahnya, termasuk aku.
"Mandala" Ucapku pelan. Sebenarnya aku belum siap bertemu dengannya, tapi aku ingat nasihat Tsana kemarin. Aku masih berdiri si tempatku, terlihat Mandala berlari kencang menuju kearahku.
"Hh..hh..hh..Amei." Panggilnya sekali lagi masih dengan ngos-ngosan. Aku menghela nafas sebentar.
"Baiklah ayo kita bicara." Ucapku.
Akhirnya aku dan Mandala sampai di kelas kosong saat ini. Mandala menutup pintu kelas, agar aku tak kabur lagi. Kini dia menatapku dalam. Aku masih mematung dihadapannya, bingung mau mulai dari mana.
"Mei, aku sangat mencintaimu." Ucapnya dengan ekspresi memohon.
"Aku mohon, jangan begini lagi. Aku tidak sanggup tidak bertemu denganmu selama itu. Aku selalu memikirkanmu, mencarimu kemana-mana." Jelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Isyarat
RomanceKisah roman biasa. Kisah tentang seorang siswi SMA yang memiliki krisis percaya diri akut. Amei begitu tertutup akan tetapi ia berusaha terlihat normal seperti gadis seusianya. Apa yang terjadi ketika ia bertemu dengan seorang player kelas kakap yan...