25. Tabrakan

1.1K 38 1
                                    

Sesuai permintaan aku lanjutin nih cerita, sempet mentok sih mau dilanjutin atau di berhenti in sampe sini. Sebenarnya juga part sebelumnya udah lama dibuat cuma ya takut aja gak di respon hehehe

Oo iyaa kalo setelah part ini jarang up, berarti aku lagi fokus sama UNBK, yaaa doakan aja mudahan aku lulus😂😂😂😂

Happy reading guys👌

*****

Cakka mengerjakan matanya, kemudian menatap sekelilingnya, berbeda. Ini bukan kamar dirumahnya atau di apartemennya lalu dimana?

Sekali lagi Cakka mengerjap sambil tanang kirinya mengucek matanya, tapi sebuah selang mengganggu tangannya, dan dia semakin bingung sekarang selang yang sangat persis seperti rumah sakit, sekali lagi kerutan di dahinya bertambah.

Hidung Cakka mencium aroma yang sangat dihindari nya seumur hidup, bau obat-obatan herbal.

Cakka bangkit dan duduk diranjang sambil menatap sekelilingnya, tidak salah lagi kalau sekarang dia di rumah sakit, namun apa yang terjadi? Cakka merasakan sakitnya denyutan yang ada di kepalanya saat akan mengingat kejadian yang sudah membuatnya betah ditempat menyeramkan ini.

Kriettt

Pintu kamar Cakka dibuka dan tampaklah seorang suster dengan benda yang ada ditangannya,

"Sus saya dirumah sakit?" pertanyaan konyol tercipta dari mulut Cakka begitu saja, si suster pun hanya mengangguk geli sekaligus malu malu kucing.

"Siapa yang membawa saya kesini?" tanya Cakka lagi namun suaranya kembali seperti semula, datar. Dia tau jika suster dengan name tag Monica itu menyukainya.

"Dokter Sh--" ucapan Monica terhenti saat seorang dokter masuk dan tersenyum pada Monica.

"Ehh ini pak, yang membawa bapak kesini" beritahu monica, seketika manik mata mereka bertemu. Cakka dan Shilla, ya Shilla lah yang tadi masuk sekaligus membawa Cakka kerumah sakit, jika begini Cakka betah berlama lama diruangan yang hampir menurutnya seperti rumah hantu, bahkan lebih seram.

"Gimana kak- ehh pak maksudnya" oke, bisa dibilang Shilla salting atau canggung. Cakka tersenyum penuh arti, Shilla nya tak berubah.

"Gimana apanya?" Cakka mulai menggoda Shilla, kegiatan paling disukainya. Sedangkan Shilla gelagapan sendiri

"Gimana keadaannya maksudnya" Shilla lagi lagi mengeluarkan senyum canggungnya

"Siapa?" Shilla menatap tajam Cakka melupakan keadaan canggung tadi. Cakka? Jangan ditanya bukannya takut pria sakit itu malah tersenyum senyum sendiri.

"Jika tidak ada lagi saya keluar!" kesal Shilla hendak pergi meninggalkan kamar inap Cakka tapi sebuah tangan menghalanginya, tanpa menoleh pun Shilla tau siapa pemilik tangan itu.

"Kenapa?" tanya Shilla mencoba menormalkan detak jantungnya yang mulai tak karuan.

"Kenapa bisa aku kesini?, kok aku gak kenapa-napa? Kok gak sakit? Kok gak anmesia?" runtutan pertanyaan menuntut Shilla untuk dijawab. Shilla sendiri yang tadinya membelakangi Cakka langsung menoleh

"Jadi gak sakit lagi?"

"Ehh auhhh... Sakit nihhh" tentu itu hanya kebohongan semata seorang Cakka, Shilla mengerutkan dahinya yang cedera itu kakinya tapi yang dipegang kepalanya.

"Tapi yang cedera itu kakinya" gumam pelan Shilla sedikit menunjuk kaki Cakka yang tertutupi selimut. Cakka gelagapan sendiri

"Jadi gimana bisa aku kesini? Kok kamu yang bawa?" tanya Cakka kembali namun kali ini sedikit.

MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang