Azka menendang kaki meja di depannya dengan kesal, sesekali mendumel. Cowok itu menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kasar. Tak habis pikir, jika dirinya akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadis jutek yang selalu membuatnya kesal. Mau menolak? Yang benar saja! Ini perintah dari Bu Nabel yang memberi kepercayaan pada dirinya, gara-gara nilai sepuluh, ia harus ikut olimpiade terakhir.
Azka bangkit dari duduknya berjalan menuju dapur, dia rasa dirinya membutuhkan air dingin untuk mendinginkan kepalanya. Azka segera membuka pintu kulkas dan mengambil air dari botol plastik, ia langsung meneguknya tanpa menuangkan di gelas. Dingin air menjalar membasahi tenggorokannya. Setelah dirasa lebih baik, cowok itu berbalik hendak menuju kamarnya, namun mendapati mama berdiri sambil melempar senyum padanya.
"Kenapa Ma?" tanya Azka sambil memasukkan kembali botolnya.
Kia menggeleng masih sambil tersenyum. Tak disangka saja, Azka si kecil kini sudah tumbuh dewasa menjadi remaja yang tampan. Anak satu-satunya itu sudah hampir lulus dari SMA. "Udah punya pacar belum?" goda Kia sambil tersenyum jahil.
Azka berjalan mendekati Mama nya,lalu meraih kedua tangan sang Mama. "Ma, Mama tau enggak?...courtship it will only hinder ideals, it's not important because I've been more than happy have a family intact."
Kia tersenyum haru dengan mata berkaca-kaca. Diusapnya puncak kepala putranya dengan sayang. "Mama bangga punya kamu Nak."
"Papa mana Ma?"
"Dikamar, lagi istirahat capek katanya mempunyai klien artis. Kebanyakan drama dan sensasi." berjalan menuju wastafel kemudian mencuci beberapa buah apel dan anggur kesukaan Azka.
Azka terkikik geli. "Siapa Ma? Angel Lelga apa Vicky Prasetyo?"
Kia geleng-geleng mendengarkan pertanyaan Azka kemudian meletakkan buah-buahan pada piring. "Ya sudah. Sana kamu ganti baju terus mandi, sholat dan makan siang ya...Mama tunggu di meja makan."
Azka melenggang masuk menuju kamarnya dan mata Azka membulat sempurna tatkala ada tubuh seseorang yang meringkuk diatas kasurnya. Beberapa kulit kuaci berserakan dilantai ditambah lagi suara radio yang sangat keras. Cowok itu mendekat ke arah ranjang, dan benar saja dugaannya. Tamu tak diundang. Aldi—sepupunya yang juga temannya satu sekolah tengah tertidur santai dikamarnya. Bukan hanya tidur, melainkan juga mengacak-acak kamar Azka.
Cowok itu berfikir sejenak untuk memberi balasan pada Aldi tanpa membuat kamarnya semakin kotor. Otaknya terus memikirkan apa yang akan dilakukan pada sepupunya yang menyebalkan itu. Azka mengambil segelas susu coklat dan diteguknya hanya sampai kerongkongan, kemudian dia semburkan tepat diwajah Aldi.
Aldi menggeliat saat merasakan wajahnya basah dan bau... "Coklat," gumam Aldi lantas bangkit dari tidurnya melebarkan matanya. Saat itu juga Aldi ia menangkap sosok Azka tengah tertawa terbahak-bahak sambil memegang segelas susu coklat.
***
"Ya lagian elo juga. Numpang tidur di rumah orang, enggak tau tata krama." Azka terkekeh pelan kemudian memasukkan sendok berisi nasi dan lauk kedalam mulutnya.
Aldi mendelik tajam. "Tapi enggak susu cokelat juga kali yang lo semburin!"
"Ya suka-suka gue dong! Yang nyembur juga gue, mulut juga mulut gue enggak minjem mulut lo."
"Heh, apa sih kalian. Sudah besar kok pada ribut. Kalau makan, dihabiskan dulu makan nya...baru bicara." ujar Kia menengahi mereka.
"Ponakan Mama tuh!" ketus Azka.
"Sudah, habisin dulu." Kia berjalan meninggalkan mereka menuju taman dibelakang rumahnya.
Suasana di meja makan pun hening. Azka dan Aldi sama-sama menikmati makanannya. Hanya terdengar suara denting sendok yang beradu dengan piring. Tak ada suara lain, karena di meja makan hanya mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Teen FictionBEBAS BACA TANPA RIBET! GAK ADA YANG DI PRIVATE Benci adalah awal dari kisah ini. Dan cinta akan hadir dengan sendirinya. Tulisan ini yang akan berbicara mengenang masa indah di SMA. Walau hanya sepatah kata, aku harap kau menyukainya.