Azka memasuki gerbang Trunajaya dengan tergesa-gesa. Hari ini adalah hari senin, dimana semua sekolah baik SD, SMP, maupun SMA melakukan rutinitas sebagai bentuk menghargai pahlawan yang rela terkapar di medan perang demi memperjuangkan sang saka merah putih.
Cowok itu segera berlari menuju ruang kelasnya yang terletak di lantai dua. Tak peduli kanan kiri, ia lari terbirit-birit bak dikejar penjahat.
'Bruukkk!!'
Cowok itu menabrak seseorang dan berhasil membuatnya tersungkur dilantai. "Sorry, sorry." Azka yakin yang ditabrak adalah seorang siswi, meskipun Azka belum melihatnya, namun bisa dipastikan dari decakan gadis tersebut.
"Jalan pake mata dong!" ujar gadis itu dingin.
Azka mendongakkan kepalanya. Ia tak asing dengan suara dingin itu. "Eh Liana," tersenyum menampakkan deretan giginya. "Jalan ya pake kaki lah, kalau lihat... —,"mendekatkan wajahnya. "baru pake mata." meninggalkan Liana tanpa mengucapkan maaf.
"Dasar cowok sinting!" teriak Liana, lantas segera turun menuju lapangan. Liana juga heran, masih ada saja makhluk abnormal macam dia. Songong, sinting, sok baik, ngeselin lagi.
Semua murid sudah berjejer rapi dilapangan lengkap dengan atributnya. Suasana, masih sedikit gaduh, lantaran upacara bendera belum dimulai. Seperti biasa, ada beberapa petugas upacara mulai dari protokol, pembaca do'a, paduan suara dan paskibra yang berada pada formasi masing-masing.
"Lama banget sih lo. Ngambil topi apa tidur dikelas?" sindir Tika saat melihat Liana datang dengan wajah masamnya.
Liana berdecak kesal. "Jangan bikin mood gue tambah buruk deh!"
***
Banyak yang mengucapkan selamat pada Liana atas kemenangannya lomba KIR di Depok 2 minggu yang lalu dan baru saja diumumkan saat sambutan upacara tadi. Tak ada yang kaget, atau shock karena itu sudah biasa terjadi di Trunajaya. Karena bagi mereka, Liana adalah the queen of achiever. Ada juga yang bilang dangerous angel, karena parasnya yang cantik namun judesnya tujuh turunan.
"Selamat ya Liana. Liana the best student deh pokoknya. Smart and dilligent. Hmm.. Elen jadi bangga deh punya teman kayak Liana yang pintar dan yang paling penting suka bagi-bagi sontekan buat Elen." memeluk Liana.
"Lebay deh," ucap Liana lalu memeluk kedua temannya. Inilah kebahagiaan yang tiada tara. Andaikan saja, papanya melihat apa yang telah dicapainya. Andai saja, mama... Ah Liana tak dipeluk pun tak apa, cukup dengan ucapan 'Selamat' Liana pasti senang sekali.
"Na, are you okay?" tanya Tika khawatir saat melihat Liana meneteskan air mata.
"Liana kenapa?" Elen juga ikutan khawatir.
Liana tersenyum lantas mengusap air matanya. "Enggak. Gue seneng aja, nggak nyangka bisa dapat juara lagi.""Yakan emang selalu begitu, " potong Tika cepat dan di ikuti anggukan Elen.
"Tapi ada yang lebih membahagiakan,"
"Apa tuh?" tanya mereka kompak.
"Punya temen kayak kalian."
"Yaelah, biasa aja kali. Lebay amat kayak nggak pernah juara," cibir Azka yang bisa dipastikan baru saja datang dari kantin. Terlihat dengan botol minum yang ia pegang.
"Eh Azka. Iya yah,harusnya Liana biasa aja tuh." kayaknya Elen punya penyakit baru selain make-up, followers dan oppa. Rupanya gadis itu terkena virus tiba-tiba berubah pikiran saat ada cowok ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Teen FictionBEBAS BACA TANPA RIBET! GAK ADA YANG DI PRIVATE Benci adalah awal dari kisah ini. Dan cinta akan hadir dengan sendirinya. Tulisan ini yang akan berbicara mengenang masa indah di SMA. Walau hanya sepatah kata, aku harap kau menyukainya.