13.Aldi said

30 5 0
                                    

Yowasap wasap, gue balik lagi.......
.
.
.
Hepi riding 😘

Azka menyilangkan kakinya sambil menikmati setoples kuaci rasa greentea. Ditemani alunan musik jazz serta angin malam yang semilir menusuk masuk kedalam pori-pori kulitnya.

Cowok itu kembali teringat kejadian dimana dirinya benar-benar bisa berdamai dengan lion queen nya Trunajaya, bagaimana menggemaskannya gadis itu saat marah dan memakinya. Rupanya memang benar ucapan sepupunya waktu itu.

"Kalau gue jadi elo nih ya...," memberi jeda sejenak untuk mengunyah apel yang baru saja diambil dari mangkok buah di depannya. "gue manfaatin kesempatan itu buat ngedeketin queen of achiever nya Trunajaya. Galak sih...tapi cantik. Kan lumayan tuh buat gandengan kelab"

"Maksud lo Liana?"

Aldi mengangguk mantap. "Siapa lagi man? Gue aja udah berkali-kali nyoba deketin dia, tapi sayang...susah banget."

Azka menaikkan sebelah alisnya. "Lo suka sama tuh cewek?"

"Azka...Azka...kalo gue ngedeketin cewek, bukan berarti gue suka sama dia. Gue cuma mau aja nguji ketampanan gue yang sebelas dua belas sama Manu Rios."

Azka memutar bola matanya malas. Rupanya ke playboy -an sepupunya itu benar-benar mendarah daging.
"Mungkin kalo lo beneran mirip sama Manu, dia bakalan langsung ganti muka."

"Sialan lo!" umpat Aldi. "kalau gue lihat-lihat... Lo tuh ada rasa yang tertahan—"

"Rasa asem apa manis nih?"

"Gue serius anjing!" Apel bekas gigitan Aldi layangkan tepat mengenai dahi Azka hingga meringis.

"Bertahun-tahun gue sama lo, percuma kalau gue enggak bisa memahami apa yang lo rasain. Udah deh jangan jadi pengecut, dia bukan Heta, dia Liana man. Ya... Walaupun wajah mereka agak mirip, tapi beda orang. Dan lo jangan seenaknya aja mau mengambil semua apa yang dibangun Liana sejauh ini."

"Gue tau, lo mau menghancurkan dia bukan karena cewek itu sombong, tapi karena Vira kan?"

Azka menelan ludahnya susah payah. "Jangan bawa-bawa Vira! Itu enggak ada hubungannya dengan apa yang mau gue lakuin sama Liana. Karena niat gue, murni karena kesal dengan gadis itu!"

Aldi tertawa sinis. "Dan karena dendam? Dia itu Liana! Bukan Heta!"

"Bisa saja—,"

"Gadis itu merubah namanya dan pura-pura nggak kenal sama lo?" potong Aldi. "Gue satu SMP sama dia, dia gadis baik. Jangan hancurkan mimpi dan harapannya,semua yang dia punya sudah lo rebut...berdamailah dengan masa lalu Ka." suara Aldi melemah.

Azka akan mencobanya. Ya,mulai sekarang dia tak akan lagi menyangkut pautkan Liana dengan orang di masa lalu. Semua sudah berlalu dan berakhir.

Tapi, tunggu...Azka masih belum mengerti dengan ucapan Aldi so'al dirinya merebut sua milil Liana. Bahkan Azka belum melakukan apapun, apa so'al nilai Liana yang berada di bawahnya? Demi Tuhan!  Azka sama sekali tidak ada niatan untuk mendapat nilai bagus, hanya saja memang otaknya terkadang berada di atas rata-rata. Dan memang akhir-akhir ini dirinya lebih rajin belajar. Walaupun sedikit banyak juga karena Liana habis mengatainya cowok tolol.

"Hei! Bagaimana sekolah kamu?"
Azka terjingkat kemudian menatap kedepan. Dilihatnya sang papa berdiri dengan pakaian ala rumahan, otomatis beliau hari ini sedang tidak menangani masalah. "Papa. Baik kok, malah nilai-nilai Azka naik terus. Ya walaupun saingannya agak berat sih."

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang