Yowasap-wasap kembali lagi bersama Queenaaw yang alay dan selalu typo. Belum lagi salah naroh tanda baca... Wkwkwkwk....
Rencana balik bulan Agustus,tapi akutuh enggak tega ninggalin Azka tauu....
.
🐝 Cerita ini emang gaje, yang suka silahkan baca dan jangan lupa tinggalkan vote dan komen.🐝Yang tidak suka silahkan pergi dari lapak Queenaaw .
🐝Update tidak tentu, karena saya menulis hanya waktu luang. Sankyuuu
.
.
.
.Hepireding💄
.
.
.
.
Azka selalu telat bangun ketika libur sekolah, padahal dirinya kemarin sudah janji akan kerumah Liana untuk belajar bersama,mengingat olimpiade kurang dua hari lagi. Mereka harus belajar ekstra agar bisa mendapat juara, yang menentukan nasib beasiswa kedokteran di Harvard.
Cowok itu mengerjapkan matanya beberapa saat ketika ada cahaya masuk melalui celah gorden. Bukan hanya itu saja, suara ocehan Chesa—adiknya yang akhir-akhir ini harus dirawat intensif dirumah sakit, sudah boleh pulang. Alhasil, dari tadi suara Chesa sudah menjadi soundtrack pagi Azka.Mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih belum utuh, cowok itu duduk dan menyenderkan kepalanya di ranjang. Azka mencoba meraih benda pipih di atas nakas.
Liana jutek.
Lo jd ksn g?jari lo cantengan ya?
Liana jutek
G! Knp?kirain cantengan. Abis, lo ngetiknya kayak takut bocor kuota.
Liana jutek
Bd! Cpt atau w prg jln jlnLiana terkikik sendiri melihat pesan yang dia kirimkan pada Azka. Jangankan jalan-jalan,untuk keluar dari pintu rumah saja, rasanya sangat malas dan enggan.
Gadis itu segera mengucir rambutnya dengan rapi lalu menyiapkan beberapa buku yang diperlukan untuk belajar, sementara bi Inah menyedot debu-debu yang tinggal di gorden dan sofa kediaman Liana.
Liana memperhatikan Bi Inah dengan seksama. Ada raut kelelahan tercetak jelas diwajah beliau membuat cewek itu merasa iba. Ia menghampiri bi Inah. "Bi Inah, sini biar Liana bantu."
Bi Inah menggeleng sopan. "Jangan Non, enggak usah. Mending belajar aja, katanya mau ada lomba? Non Ana yang semangat deh, harus juara nanti bibi kasih hadiah lagi."
Satu-satunya orang yang tulus menyayanginya. Satu-satunya orang yang peduli dengan prestasinya.
Liana tersenyum samar. Andai saja, Mama dan Papanya memiliki hati yang seperti Bi Inah, pasti dirinya sangat bahagia. Tak butuh harta yang berlimpah, ia hanya butuh kebersamaan dan cinta."Non." Inah menyentuh pundak Liana dan membuat Liana terjingkat kaget.
"Eh—,"
"Tuh kan, Non ngalamun wae. Tidak baik atuh Non pagi-pagi begini mikir yang ntak-ntak."
Tiba-tiba bel rumah berbunyi.
Pasti cowok sinting itu."Biar aku aja Bi."
***
Setelah berpamitan pada mamanya, Azka menyambar kunci motor yang digantung dekat pintu kamarnya. Ia berlari keluar mengambil motornya yang selalu setia menemani dirinya.
Cowok itu membelah jalanan ibukota yang mulai padat, banyak jalur yang dialihkan lantaran beberapa jalan digunakan untuk acara car free day. Azka jadi berfikir, bagaimana rasanya car free day bersama gadis jutek itu...pasti sangat menggelikan. Membayangkan tersebut, bibir Azka melengkung sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
JugendliteraturBEBAS BACA TANPA RIBET! GAK ADA YANG DI PRIVATE Benci adalah awal dari kisah ini. Dan cinta akan hadir dengan sendirinya. Tulisan ini yang akan berbicara mengenang masa indah di SMA. Walau hanya sepatah kata, aku harap kau menyukainya.