Liana berjalan seraya menyunggingkan senyum tipisnya, cewek itu benar-benar tidak sabar melihat pengumuman hasil Ulangan Semester Satu di mading berita. Sudah pasti namanya akan ada di urutan teratas.
Ketika Liana datang, terdengar murid cewek bisik-bisik, tidak terlalu jelas namun Liana bisa mendengar kata terakhir 'hebat banget', cewek itu makin menyunggingkan senyumnya. Sekumpulan murid tersebut otomatis menyibakkan diri memberi ruang untuk sang queen melihat hasil Ulangan Semester Satu yang telah dilaksanakan satu minggu yang lalu.
"Selamat ya Na, lo peringkat dua."
Liana tak menyambut uluran tangan salah satu temannya,justru dirinya membelalakkan matanya sambil mengerutkan keningnya,lantas segera memastikan bahwa ucapan temannya tersebut adalah kebohongan. Atau mungkin prank yang tengah hits di kalangan remaja.
Tak butuh waktu lama, Liana menemukan namanya benar-benar berada di urutan kedua. Ini adalah mimpi yang buruk. Siapapun tolong bangunkan Liana saat ini juga!
"Enggak mungkin!" Liana menggeleng kuat dengan wajah memanas dan dada naik turun. Gadis itu lantas mengarahkan telunjuknya melihat sang juara pertama.
Tertulis nama 'Azka Aldric Hanjaya'. Bagaimana mungkin? Ini penghinaan! Tidak mungkin dirinya dikalahkan oleh orang tolol! Cowok tolol tidak boleh merebut posisinya. Bukan. Siapapun tidak boleh menggesernya!Liana mengatur nafasnya yang memburu,ini tidak bisa dibiarkan!
Saat cewek itu melintas di lorong dekat perpustakaan,terdengar bunyi berdebum berkali-kali seperti orang tengah berantem. Anak-anak pun juga lari berhamburan menuju sumber suara."Tunggu!" Liana menghentikan salah satu diantara mereka. "ada apa?"
"Eh...ngg...itu kak, kak Azka sama kak Bagas berantem di belakang perpustakaan."
Anak itu!
"Kenapa?"
"Enggak tau Kak. Ya udah Kak, saya duluan."
Bukannya mereka berteman? Atas dasar apa jadi berantem? Pikirnya.
Liana mengangkat bahunya tak acuh kemudian berlalu menuju kelas. Dia akan memberi balasan pada cowok tolol itu saat dikelas, atau meminta pada Bu Nabel untuk mengganti partnernya dalam olimpiade terakhir.
Suasana kelas tak begitu ramai, hanya ada beberapa murid yang sedang sibuk masing-masing. Mulai dari bergosip, sampai ada yang bermain ludo sambil duduk lesehan di lantai.
Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari kedua sahabat laknat nya itu. Elen tidak ada, mungkin dia sedang sibuk dengan Septa—pacarnya, sedangkan Tika terlihat berbincang dengan Niken si ratu gosip yang terkenal suka membully. Liana juga heran, sejak kapan Tika dekat dengan merk sepatu itu.
"Liana, udah lihat pengumuman? Gimana? Gue yakin kalau lo jadi juara lagi." Tika berujar antusias. "gue sih males lihat, paling juga ujung-ujungnya gue nomor lima dari bawah."
"Bukan gue," ujar Liana lesu.
"Siapa?"
"Idola baru yang tolol."
Sementara itu di belakang perpustakaan dua orang cowok tengah adu jotos. Tak ada yang mampu memisahkan mereka, bahkan Edo dan Rafif pun hanya pasrah melihat Azka dan Bagas yang sudah babak belur.
Bagas melayangkan pukulan demi pukulan ke wajah Azka. Sedangkan Azka juga tak mau kalah, cowok itu menendang perut Bagas dan memberi bogeman tepat di hidung cowok tersebut hingga mengeluarkan darah segar.Rasa perih mulai menjalar pada wajah Bagas, namun cowok itu tak gentar. Ketika dirinya hendak membalas pukulan Azka, Edo memeluknya dari belakang. Sedangkan Rafif menopang tubuh Azka yang mulai terhuyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRIDE
Подростковая литератураBEBAS BACA TANPA RIBET! GAK ADA YANG DI PRIVATE Benci adalah awal dari kisah ini. Dan cinta akan hadir dengan sendirinya. Tulisan ini yang akan berbicara mengenang masa indah di SMA. Walau hanya sepatah kata, aku harap kau menyukainya.