5.The power of Blackpink

28 14 9
                                    

“Definisi bahagia itu sederhana, lakuin apa yang lo suka tanpa mendengar komentar orang lain” ~Tika Safira.

“Bahagia gue itu cuma satu. Menghabiskan satu buku dalam kurun waktu satu hari ”~Liana Marisela

“Kalau definisi bahagia Elen itu, lebih gampang dari mereka. Elen enggak butuh buku. Cukup lihat foto Suho dan Chanyeol  udah surga bagi Elen”~ Shelena Titania Anggoro.
.
.
.

"Followers nambah 2 ribu. Wah gila, gila ini pasti gara-gara foto tiket Elen nonton konser Blackpink." gadis itu berujar antusias sambil memandang takjub layar ponsel memperlihatkan sosial media yang tengah digandrungi generasi milenial.

"Liana,Liana," Elen menggoyangkan lengan Liana sambil berusaha memperlihatkan followersnya yang naik membludak. "Serius ini loh, Elen seneng banget."

"Lo bisa diem enggak sih!" bentak Tika pada Elen yang tiada hentinya memekik kegirangan.

Sementara itu suara dentuman musik terus bergulir tanpa henti. Suara riuh teriakan penonton yang terus menyebut nama 'Jennie, Lisa, Rose dan Jiso' bersahutan. Adalagi seperti 'eonni' atau 'saranghaeo' yang entahlah Liana tak tau apa artinya.

Sebenarnya Liana kurang suka dengan keramaian seperti ini. Belum lagi dengan suara teriakan yang memekakan telinganya. Harusnya Liana menolak ajakan Elen dan dia bisa bermain dengan buku-buku hukum kesayangannya. Kalau saja ia tak dipaksa sampai dibelikan tiket oleh Elen, Liana bersumpah tak akan pernah mau membuang uang jutaan rupiah demi melihat orang yang berjoget semacam ulat menggeliat.

"Lisaaaaa saranghaeo.... " Elen dan Tika terus saja berteriak kencang dengan menggoyangkan light stick yang mereka pegang. Sementara itu, empat wanita cantik terus menari-nari sambil bernyanyi dan sesekali menyambut uluran tangan fans-fans nya.

Dan tepatnya saat wanita berperawakan tinggi dengan bodygoals nya mendekati arah Elen dan Tika berada.  Wanita itu terlihat cantik dengan rambut yang berwarna hitam, sepatu boats hitam dipadu padankan dengan dress blink-blink yang juga berwarna hitam kira-kira sepuluh centimeter diatas lutut membuatnya terlihat glamour.

"Jiso... Saranghaeo," lagi-lagi Elen berteriak histeris. Gadis itu merogoh saku jeans nya untuk mengambil benda pipih guna mengabadikan moment emas itu. Dengan segera Elen menyalakan kamera untuk merekam dirinya sendiri. Liana?  Jangan tanyakan, daritadi gadis itu mengumpat sumpah serapah untuk Elen dan Tika yang berteriak seperti orang kesetanan.

"Hi guys... Sumpah nih gue seneng banget akhirnya kakak-kakak gue konser di Indonesia... Dan gue—,"

"Lo ngapain?" tanya Tika sedikit berteriak agar Elen mendengarnya.

"Ha?"
"Lo ngapain?" Tika mengulangnya dengan suara dua kali lebih keras.

"Elen lagi bikin insta story biar kekinian."

Jawaban dari Elen sukses membuat Tika dan Liana berdengus kasar. Harus banget gitu ya dikit-dikit di masukkan instagram?  Heran juga sama tuh anak.  Apa kameranya nggak bosen ya dibuat motret mulu? Mau makan, cekrek dulu makanannya buat insta story. Belanja baju, cekrek dulu bajunya terus tanyain sama temannya di dunia maya. Apa iya, jika nanti dia akan dijemput malaikat Izrail juga cekrek dulu, pose sama malaikatnya buat insta story?

"Alay lo!" cibir Tika.

"Bukan alay,tapi kekinian."

"Kekinian sama alay beda tipis woy!" seru Liana.

Setelah konser selesai, mereka berjalan beriringan keluar dari ICE dengan raut wajah berbeda-beda. Elen dengan binar mata bahagia dengan membawa beberapa kaos yang ia beli saat konser tadi, Tika dengan wajah tak kalah bahagia dari Elen sambil memakai bando kelinci. Sedangkan Liana, muka kusut dan masam seperti marmut yang sakit perut.

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang