" Daaah Herin. " sapa Lami, Koeun, Hina, Ningning dan Jungyeon bersamaan melalui sambungan Skype.
" Daaah semuanya. Koeun unnie, bersemangatlah, mereka tidak tahu apa yang terjadi, biarkan mulut pedas mereka berbicara. " ujar Herin dari inggris sana.
Koeun hanya tersenyum simpul " Bye Herin, akan kumatikan sekarang ya. "
" Byeee. "
Hina menatap Koeun tepat setelah sambungan diputuskan, Hina sudah hafal apa yang terjadi pada Koeun dengan hanya melihat sorot matanya. Hina segera berdiri dan meraih tangan Koeun yang duduk di lantai masih menemani anggotanya.
" Koeun unnie, temani aku ke loker. Aku merasa charger ponselku tertinggal disana. " ajak Hina.
" Baiklah. " Koeun ikut berdiri mengikuti Hina
" Jungyeon unnie, kami akan pergi sebentar. Kalian bisa pulang tanpa menunggu kami. "
Mendengar ucapan Hina, Jungyeon hanya mengangguk dan membiarkan kedua orang itu keluar dari ruang latihan. Koneksi kuat diantara Koeun dan Hina sudah terbentuk sejak kecil, atau lebih tepatnya saat menjalani masa trainee selama bertahun-tahun, jauh sebelum Jungyeon bergabung. Karena itu, Jungyeon tahu jika itu adalah pembicaraan dari hati ke hati yang tidak mungkin ia campuri.
" Apakah kau tidak membutuhkan pelukanku Koeun-ah? " tanya Hina setelah menyeret Koeun ke ruang loker.
" Yaaa.. Kau memanggilku Koeun-ah? " tanya Koeun sambil menaikkan sebelah alisnya.
" Biarkan, aku lahir bulan Januari. Aku bisa memanggilmu tanpa embel-embel unnie. "
Koeun duduk di lantai dan bersandar di loker " Terserah kau saja Nakamura Hina. "
Hina ikut duduk di sebelah Koeun " Unnie, kau terlalu banyak memikirkan hal sendirian. Kadang kau perlu membagi kepadaku, Jungyeon unnie bahkan para maknae. "
" Aku nggak tau kenapa masalah Herin kembali muncul dan dibahas lagi, bahkan sampai ke telinga Herin sendiri yang jauh disana. "
Hina masih mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Koeun, walau Hina sudah tahu apa yang akan Koeun ceritakan.
" Kau tahu sendiri kan betapa hubungan baik kita dengan Herin selama ini? Aku tahu kita dan perusahaan tidak akan mempedulikan kata-kata nitizen sok tahu itu, tapi aku takut akan menghambat kelancaran debut kita. Aku harus bagaimana? Apakah kita benar-benar akan debut?"
Kini Hina merangkul Koeun yang menangis sambil memeluk lututnya, Hina tahu betul betapa banyak beban yang Koeun terima selama bertahun-tahun ini. Perginya satu per satu 99 line yang meninggalkan Yeri yang sudah debut dan Koeun yang masih setia menunggu tanggal debut, banyaknya isu negatif tentang mereka bahkan komentar benci karena persahabatan mereka dengan rookies boys. Atau lebih tepatnya nct.
Karena alasan itu pula Hina sadar jika Koeun dan Jungyeon melemparkan jarak yang cukup jauh kepada member nct sendiri, sedikit melupakan pertemanan yang dibangun sejak mereka masih awal masuk di gedung ini. Dilakukan demi kebaikan mereka.
" Hina, rasanya aku ingin berhenti. " ujar Koeun yang masih tenggelam dalam tangisannya.
Hina menahan nafasnya sejenak kemudian berbicara kepada unnienya tersebut " Jangan katakan hal itu lagi, atau aku tidak mau menjadi temanmu. Kau sayang kami kan? Jungyeon unnie, Ningning, Lami dan aku? "
Mata Hina bisa menangkap anggukan sekilas dari Koeun, yang langsung mendapat respom seulas senyum tipis dari Hina. Melihat kondisi Koeun yang kacau, membuat Hina kacau juga, biarlah mereka berdua yang kacau, jangan sampai Ningning dan Lami tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear my dream | SMRookies x NCT
FanfictionIni bukan tentang memilih atau juga dipilih, tetapi mengenai siapa yang bertahan atas apa yang dipilihnya. Trainee.