Jungyeon, Koeun, Hina, Ningning, Lami dan beberapa trainee lain dengan antusias melihat SMTOWN yang begitu meriah yang digelar di Tokyo, bahkan sampai tiga jari lamanya. Tiga hari itu pula para rookies dan para trainee lain itu melihat sunbae-sunbae mereka menyanyi, menari atau saling melakukan kolaborasi yang menarik di atas panggung yang megah. Sayangnya mereka hanya melihat melalui saluran live streaming yang disediakan oleh perusahaan ke tempat latihan mereka.
Ya, mereka tidak pergi ke Tokyo.
Gadis-gadis itu tahu jika mereka tidak pergi. Tetapi ada penggemar yang benar-benar menunggu sedikit saja kemunculan mereka di Tokyo. Tidak perlu dengan penampilan diatas panggung atau perkenalan dengan resmi. Cukup dengan kehadiran mereka dengan wujud sebagai rookies atau trainee bermasker yang muncul di tengah-tengah konser. Itu yang dikatakan beberapa penggemar mereka di media sosial yang ramai sejak mendekati acara SMTOWN di Tokyo. ( Itu aku huhuhu )
Selama dua hari ini, pasca acara SMTOWN Tokyo benar-benar berakhir, mereka sudah bisa melihat sunbae yang sudah ada di gedung agensi untuk urusan mereka masing-masing, artinya mereka sudah meninggalkan Jepang dan kembali ke Korea.
" Koeun unnie. " ujar Hina yang malam ini tidur bersama Koeun.
Koeun yang duduk di tepi jendela kemudian menengok ke arah Ningning yang sedang memangku buku bahasa Korea di kasur " Ya? "
" Ponselmu terus menyala karena ada panggilan berulang kali dari nomor yang tidak dikenal. Apakah dia- "
" Biarkan saja, aku sedang menyusun lirik dalam otakku. " ujar Koeun yang kembali menatap ke arah luar jendela.
Hina kembali melihat buku bahasa Koreanya. Ya, hanya melihat. Otaknya sedikit berputar mengenai siapa yang menelpon unnienya itu, mengingat Koeun adalah orang yang sangat jarang berurusan dengan ponsel. Tentu saja hanya orang-orang dekat saja kan yang memiliki nomor ponsel atau id Koeun bukan?
Jika dilihat dari digit belakangnya, bukan hanya sekali dua kali saja id caller yang sama itu menghubungi Koeun. Ada beberapa panggilan tidak terjawab dan belasan pesan yang ada disana sejak Koeun menyalakan ponselnya. Ponsel yang baru Koeun nyalakan setelah tiga hari lamanya tersimpan di laci ruang tengah.
" Unnie. Ada beberapa panggilan tidak terjawab disini. Angkat saja, siapa tahu penting. " tambah Hina.
Akh. Sepertinya Hina sedikit familiar dengan nomor yang jelas-jelas tertera di layar ponsel Koeun. Tapi siapa ya? Ah, Ningning ingat, nomor itu adalah milik orang itu. Orang yang sesekali dibahas oleh gadis-gadis itu saat berkumpul di ruang tengah, karena ya... eum kalian tahu sendiri kan?
Koeun mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dekat ranjang, tangannya melepas charger yang menempel disana, dan kembali duduk di pinggir jendela. Koeun membiarkan panggilan masuk yang melalui salah satu aplikasi itu terhenti dengan sendirinya, sebelum dia menghubungi kembali nomor tersebut.
" Halo. "
" Halo. Apakah ini Koeun? "
" Ah, ini aku sunbae. "
" Sudah kubilang panggil saja kami sesuai kebiasaan kita dahulu, kau panggil saja para kakak dengan oppa atau unnie dan berlaku juga untuk adik-adik. Jangan pernah melupakannya. "
" Baiklah. "
Bukannya mau menguping, memang Hina sejak awal sudah ada di kamar itu bukan? Toh biasanya Koeun juga akan terbuka dan blak-blakan mengenai apa saja yang terjadi. Jika tidak salah ada jeda pembicaraan sejenak, rasa canggung menyelimuti keduanya. Entah apa ini, tidak ada yang memulai pembicaraan.
" Eum, begini. Koeun, aku sebenarnya dua hari ini mencarimu dan gadis lain di gedung agensi, aku membawakan kalian beberapa oleh-oleh dari Jepang. Tetapi jadwal kalian sangat padat ya? "
" Eh, " Koeun sedikit kaget dengan penuturan lawan bicaranya ini " Okaasan, ah maksudku ibu Hina, sering mengirim beberapa oleh-oleh dari Jepang, kita semua tahu itu bukan? Oppa seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini. "
" Aku tidak pernah merasa kerepotan untuk kalian. "
" Terimakasih, kalian membantu kami sangat banyak. " ujar Koeun.
" Bisakah kita besok bertemu di gedung agensi? Ajak juga Rookies girls dan gadis-gadis lain. "
Tawa Koeun kembali terdengar, setelah sekian kalinya terkesan begitu datar saja kepada laki-laki ini. Hina tahu betul perubahan Koeun semenjak laki-laki ini tidak mendekati Koeun secara frontal dan terang-terangan, laki-laki itu mendekati sebagai seorang sunbae, sahabat, teman. Tentu saja respon berbeda akan diterima dengan dua pola pendekatan itu. Jujur saja, oppa mereka itu cerdas dalam menyusun strategi.
" Baiklah, kita akan bertemu besok. Untuk menunjukan rasa terimakasih kami, kau ingin apa? "
" Kau. " jawabnya enteng.
Sekarang Koeun maupun Hina terdiam dengan pernyataan laki-laki itu. Bisakah Hina menarik pemikirannya lagi? Oppanya itu sedikit gegabah, Koeun bisa saja sedikit tidak nyaman dengan pembahasan seperti ini.
" Maksudku, kau buatkan pancake saja untuk Jisung. Nafsu makannya sedang tinggi, aku ingin dia segera membentur pintu kamar dorm hahaha... "
" Hahahahaha.... Baiklah, kita akan bertemu besok malam di gedung agensi. "
Koeun kembali mencharge ponselnya, dan membaringkan tubuhnya di samping Hina. Walaupun Hina memegang buku, namun matanya masih mengamati Koeun yang sudah berbaring disampingnya, bersiap untuk tidur mengingat hari semakin larut. Kali ini Hina mungkin akan membuat jam tidur mereka sedikit lebih lambat, Hina ingin membahas beberapa hal sebelum mereka terlelap dalam tidur.
" Aku, ingin tidur dahulu. Selamat malam." ujar Koeun.
Hina menyingkirkan buku di pangkuannya dengan cepat " Tunggu. "
Tangan Hina menahan Koeun yang mulai menarik selimutnya, sehingga mau tidak mau Koeun menatap Hina dengan ekspresi bingung.
" Unnie, aku ingin bertanya. " Hina menggantung kalimatnya, sebelum pertanyaan dibenaknya akan ia luncurkan ke Koeun " Kau menyukai oppa? "
Koeun hanya menatap kosong Hina, kemudian menatap langit-langit kamar yang berwarna putih " Kau tahu Hina? Ada aturan ketat bagi trainee untuk urusan berekencan. "
" Aku tidak mengatakan kalian berkencan. Aku bertanya apakah kau menyukai oppa? "
" Aku masih fokus untuk kelompok kita untuk bertahun-tahun kedepan, kita masih perlu mempersiapkan lagu, lirik rap dan banyak hal. "
Hina pun tahu tentang hal itu, mengenai masa depan grup, Koeun tidak pernah main-main dan akan selalu fokus. Bahkan jika mau mengakui, diantara mereka berlima -untuk saat ini- Koeun memang memiliki tekad paling keras. Bahkan tidak jarang Koeun meminta maaf karena membuat program latihan terlalu keras.
" Kau menyukai oppa? " tanya Hina lagi.
Koeun menghembuskan nafasnya pelan, sedikit menimang jawaban yang akan keluar dari mulutnya. Bukannya apa-apa, untuk hari ini dan beberapa tahun kedepan, dia tidak begitu memikirkan soal hal ini. Koeun hanya ingin dekat sebagai teman saja, tidak perlu sedekat dulu, cukup berteman. Mengantisipasi dengan serangan hate comment yang mungkin akan menghantui mereka.
Dengan alasan itu pula, Koeun sedikit menghindar dengan sosok laki-laki itu yang jelas-jelas mendekatinya bukan sebagai seorang teman, sahabat sepenanggungan, teman satu nasib.
" Kau tahu Hina, aku akan fokus untuk grup kita untuk bertahun-tahun kedepan. "
Hina hanya tertawa, entah bagian mana yang lucu. Hina masih saja tertawa.
" Kau tahu unnie? Aku bertaruh jika oppa akan menunggumu selama bertahun-tahun pula. "
Gosh. Kenapa Hina berbicara sama seperti Mark?
🌱🌱
Aku masih sedih mereka nggak muncul di Tokyo (:
Tapi aku berharap mereka segera muncul di akun SMTOWN 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
dear my dream | SMRookies x NCT
FanficIni bukan tentang memilih atau juga dipilih, tetapi mengenai siapa yang bertahan atas apa yang dipilihnya. Trainee.